Mobil Hatchback Termurah di Indonesia VS Uni Eropa

Dacia Sandero daihatsu ayla

Sejak sekitar 132 tahun yang lalu saat Karl Benz dari Jerman menemukan dan mempatenkan mobil pertama didunia dengan mesin pembakaran dalam atau yang lebih dikenal orang dengan nama mesin bensin, mobil menjadi salah satu benda teknologi paling penting dalam peradaban manusia modern. Tidak bisa dibayangkan seperti apa lambatnya transportasi dunia andai mobil tidak pernah dibuat untuk menggantikan kereta kuda. Jaman sekarang, mobil tentunya bukan lagi barang super mewah dan aneh bagi sebagian orang. Oleh karena itu, Mobilmotorlama iseng coba membandingkan mobil baru termurah dalam bentuk hatchback yang bisa dibeli di Indonesia serta negara Uni Eropa dengan uang yang paling sedikit.

Di Indonesia, mobil hatchback termurah saat ini adalah Daihatsu Ayla tipe D MI dengan mesin 1000cc dan transmisi manual yang dijual 92.550.000 Rupiah. Mobil ini masuk kedalam skema LCGC yang memiliki kelebihan berupa keringanan pajak karena dibuat di Indonesia dengan komponen dalam negeri mencapai 84 persen. Di Eropa, tahta mobil termurah saat ini dipegang oleh Dacia Sandero yang dijual mulai dari 5995 Euro atau dalam kurs hari ini (2 Juni 2017) setara dengan 102.706.759 Rupiah. Dacia Sandero ini dibuat oleh Dacia yang masih satu grup dengan Renault dan Nissan macam Toyota dan Daihatsu yang perakitannya berada di Romania dan dijual keseluruh penjuru Eropa. Dengan harga yang mepet (Jawa:dekat), menarik kalau 2 mobil yang terpisah ribuan kilometer dari tanah kelahirannya ini dibandingkan.


Desain

Keduanya sama-sama berupa mobil hatchback 5 pintu yang dapat mengangkut 5 orang penumpang termasuk pengemudinya. Didesain sebagai mobil murah, jangan harap ada part "mewah" yang terpasang pada kedua mobil ini. Kedua mobil ini memakai bumper depan dan belakang plastik yang tidak dicat, cover spion tidak dicat, handle pintu tidak dicat, material interior plastik murah biasa, velg kaleng, sampai jok berbungkus kain ala mobil murah lainnya. Dari sisi ini keduanya seimbang dengan tampilan sederhananya.

Fitur

Dibandingkan dengan Toyota Kijang pick up yang umurnya hampir 30 tahum milik saya, setidaknya Kijang tua saya masih bisa setara dengan kedua mobil baru ini. Sebagai pembanding, Kijang tua saya tidak ada power window, audio dan piranti lainnya namun sudah saya tambah power steering dan AC. Untuk Ayla termurah ini tidak dilengkapi dengan AC, audio, power window, power steering sampai power door lock. Untuk Dacia Sandero, kelengkapan mobil ini sama dengan Ayla hanya saja sudah terdapat tambahan berupa pemanas, power steering, sampai tyre pressure monitor dan hill start assist. Keunggulan Ayla disini mungkin hanya ada pada terdapat ban serep yang sudah disediakan dari pabriknya yang tidak tersedia pada Dacia Sandero karena peraturan di Indonesia yang mewajibkannya. Untuk fitur keselamatannya, silahkan lihat pada poin safety dibawah.

Untuk Dacia Sandero sendiri kita bisa pilih fitur aksesori apa saja yang akan disematkan yang pilihannya bisa dilakukan di dealer atau website Dacia. Jadi disini kita bisa saja beli Dacia Sandero dengan tampilan eksterior paling murah namun kelengkapan interiornya sangat lengkap. Namun tentunya semakin banyak aksesori yang ingin ditambah, semakin bertambah pula harga mobilnya.

Kualitas

Sebagai mobil termurah, apa yang bisa diharapkan dari kedua mobil ini? Baik Ayla maupun Sandero sama-sama terkesan begitu murahnya, suara dari luar sangat terdengar karena jeleknya kualitas peredaman kabin, plat yang sama-sama tipis walau Sandero masih jauh lebih baik (alasannya ada di kesimpulan) dan sebagainya. Walau sama-sama terkesan murah, namun tentunya kualitas ini setara dengan apa yang didapat mengingat uang yang dibayarkan tidak sebanyak yang digunakan untuk membeli mobil "beneran".

Mesin & Emisi

Beberapa waktu yang lalu, pemerintah Indonesia baru mulai menerapkan emisi gas buang Euro 4 di Indonesia. Daihatsu Ayla yang memakai mesin 1KR-DE sebenarnya tidak masalah dengan peraturan ini karena sejatinya, mesin 1KR ini sudah dirancang untuk lolos ambang batas emisi gas buang Euro 4. Namun memang tidak bisa dipungkiri karena kualitas bensin di Indonesia yang begitu jeleknya, catalytic converter yang lebih kecil, dan sensor oksigen yg tidak sebagus di Eropa membuat saya sendiri tidak yakin kalau mobil ini bisa lolos emisi gas buang Euro 4 kalau 3 elemen tadi tidak diubah. Mesin ini sebenarnya termasuk mesin yang sangat effisien dan bertenaga dan bisa lolos emisi gas buang Euro 6 yang berlaku di Eropa sejak 2014 lalu. Buktinya Toyota Aygo, Peugeot 108, Citroën C1 dan Peugeot 107 yang dijual di Eropa memakai mesin yang sama walau sebenarnya rancangan cylinder head nya berbeda. Namun karena mesin rancangan Daihatsu ini dibuat agar dapat memaklumi buruknya bensin dan oli di Indonesia, tenaga dan torsi yang dihasilkan jauh dibawah mesin 1KR-FE yang merupakan saudara dekatnya yang dipakai di Eropa.

Dacia Sandero paling murah memakai mesin bensin 3 silinder 1000cc tanpa turbo buatan Renault yang dirancang bisa flexible fuel. Flexible fuel disini maksudnya mesin ini bisa memakai bensin atau alkohol sebagai bahan bakarnya. Bio fuel dan alkohol sudah umum dipakai di Eropa karena negara-negara Uni Eropa sudah mulai membiasakan diri menuju bebas impor minyak tahun 2050 yang dimana beberapa anggotanya sudah mencuri start dalam menghentikan impor minyak sebagai upaya meningkatkan kualitas udara. Karena di Eropa pajak kendaraan dihitung berdasarkan emisi gas buang yang dihasilkan, emisi gas buang yang dihasilkan mobil ini cukup rendah karena CO2 yang dihasilkan hanya mencapai 120 g/km. Emisi yang rendah ini bisa dicapai selain karena effisiensi teknologi mesinnya juga kualitas bahan bakar dan oli yang memadai yang tentunya sangat jauh lebih baik daripada bensin yang dijual di Indonesia.

Safety

Di Indonesia, pepatah orang Jawa yang berbunyi "murah kok njaluk slamet" yang berarti murah kok minta selamat yang juga kadang diaplikasikan di angkot atau bus umum ini berlaku. Oleh karena itu tidak heran kalau Daihatsu Ayla tipe termurah ini hanya mengandalkan sabuk pengaman untuk supir dan penumpang didepan saja untuk mencegah pengemudi dan penumpangnya pergi ke akhirat lebih awal. Untuk pencegahan dari tabrakan, hanya ada rem depan cakram ventilated disk dan rem teromol dibelakang. Karena begitu minimnya piranti keselamatan, jadilah pada tes ASEAN NCAP Ayla tanpa airbag ini hanya mendapat 1 bintang untuk perlindungan orang dewasa dan 2 bintang untuk perlindungan anak-anak.

Di Eropa, pepatah "murah kok njaluk slamet" tidak berlaku disini. Semua mobil baik yang mahal ataupun yang sangat murah seperti Dacia Sandero ini wajib memiliki sabuk pengaman disetiap tempat duduk, Isofix, ABS, EBD, ESC, side protection beam dan airbag. Oh iya, airbag yang dimiliki pun jumlahnya 4 airbag dengan rincian 1 untuk penumpang depan, 1 untuk pengemudi dan 2 side airbag dimasing-masing sisi. Karena banyaknya perangkat pendukung keselamatan, tidak heran kalau mobil ini mendapat 4 bintang di Euro NCAP yang levelnya tentu jauh lebih ketat dan sulit dibanding ASEAN NCAP. Dari sisi ini tentunya Sandero unggul sangat telak dari Ayla yang harganya kalau dirupiahkan tidak terlalu jauh.

Kesimpulan

Dilihat dari fitur dan apa yang ditawarkan, timbul pertanyaan kenapa Ayla terasa mahal? Jawabannya mungkin ada pada regulasi yang berlaku di Indonesia dengan Eropa yang sangat jauh. Di Eropa, piranti keselamatan wajib minimal dibuat seperti Dacia Sandero ini sementara di Indonesia hanya sabuk pengaman di depan saja. Tidak hanya perangkatnya saja namun faktor engineering seperti ketebalan plat, tekanan mesin press plat untuk membuat mobil, gap antar panel bodi, desain dan ukuran dalam sudut pandang keselamatan dan keamanan berkendara sangat diperhitungkan. Berbeda pula dengan ASEAN NCAP yang setahu saya tidak ada tes ulang setiap tahunnya, Euro NCAP setiap tahunnya dilakukan tes ulang untuk menjaga sekaligus melihat improvement keselamatan mobil yang bersangkutan. Jangan lupa juga kalau setiap ditemukannya masalah terutama mengenai keselamatan berkendara, pihak produsen diwajibkan melakukan recall untuk mengganti dan memperbaiki part yang dimaksud daripada dituntut dan diwajibkan membayar ganti rugi yang nilainya jauh lebih besar daripada melakukan recall. Contoh marak yang baru terjadi belakangan ini adalah recall airbag Takata dan skandal uji emisi mobil diesel VW.

Di Indonesia sendiri, pemerintah seakan cuek saja dengan apa yang terjadi mengenai kualitas dan standar keselamatan mobil yang dijual di Indonesia. Padahal kalau dilihat, pajak yang dibayarkan setiap orang yang menginginkan mobil bisa mencapai 1,5 sampai 2 kali lipat harga aslinya. Sebagai contoh, Toyota Kijang Innova di faktur tertulis nilainya hanya 200 sampai 300 jutaan sementara harga jualnya mencapai 400 jutaan.


Dengan pajak yang sangat mahal, orang Indonesia harus menerima pil pahit karena pajak yang dibayarkan tadi istilahnya hanya menguap saja karena manfaat yang didapat kurang terasa. Memang pajak yang sangat tinggi tadi bisa dipakai untuk membangun jalan yang bagus atau bahkan jembatan dan jalan tol tapi sayangnya sepertinya pemerintah baik pusat ataupun daerah tidak pernah berpikir untuk sekedar membangun jaringan bus, MRT atau kereta yang terkoneksi dan menjangkau seluruh daerah seperti perkotaan dengan tempat parkir memadai agar masyarakat dari rumah cukup mengendarai mobil atau motornya sampai ke halte atau stasiun sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke kantor atau tempat kerjanya dengan kendaraan umum. Perlu diingat bahwasannya pulau Jawa adalah pulau paling padat didunia sehingga tanpa adanya sistem transportasi yang memadai, macet tidak akan pernah bisa diatasi bahkan andai oleh dewa sekalipun. Dengan berkurangnya macet, saya sangat yakin konsumsi BBM akan berkurang sehingga beban subsidi energi bisa dimanfaatkan ke hal lain seperti riset atau infrastruktur. Karena macet berkurang yang juga berarti lebih sedikitnya kendaraan dijalan, polusi udara bisa dipastikan juga berkurang yang berakibat pada meningkatnya kualitas hidup manusia dan hewan yang tinggal disatu daerah tersebut karena bersihnya udara yang dihirup.

Sebagai tambahan informasi, pajak tinggi juga dibebankan kepada pemegang merk dimana kendaraan belum selesai dirakit sudah diberi beban pajak yang harus ditanggung oleh ATPM. Ini tentunya berbahaya bagi kondisi bisnis dan investasi otomotif nasional karena pihak prinsipal yang waras daripada harus membuat mobil dengan biaya yang tinggi di Indonesia, lebih baik mereka memindahkan pabriknya keluar Indonesia seperti Thailand, Vietnam atau India yang lebih ramah investasinya. Tidak tebayang berapa orang yang akan kehilangan pekerjaanya hanya karena kejadian konyol seperti ini. Mungkin karena alasan inilah beberapa ATPM seperti Ford dan Mazda memilih hengkang dari Indonesia dan membuat pengguna kedua merk tersebut kelimpungan akan masa depan kendaraanya. Mungkin juga karena alasan pajak inilah mobil CBU dari India harganya bisa jauh lebih masuk akal daripada mobil CKD Indonesia atau bahkan buatan Indonesia seperti misalnya Renault Kwid dan Suzuki Ignis.

Sekian sedikit komparasi dan opini serta pendapat pribadi saya. Semoga sampai dan dibaca oleh pihak berwenang sehingga baik pihak pembuat mobil maupun yang membeli mobil bisa sama-sama senang. Indonesia tidak dibuat seperti Eropa juga tidak apa karena mungkin saja tidak cocok diaplikasikan disini. Hanya saja mungkin pemerintah bisa belajar untuk mengaplikasikan hal baik yang terbukti sukses di Eropa disini untuk meningkatkan taraf hidup kami warga Indonesia. Silahkan share jika berkenan dan tinggalkan komentar untuk menambahkan atau mengkoreksi. Terimakasih sudah membaca.

Comments

Post a Comment