Cara Membuat Mobil : Riset dan Pengembangan
Membuat mobil memang bukan perkara mudah. Ada banyak tahapan yang dilakukan agar nantinya tercipta mobil dengan spesifikasi yang diinginkan, harga yang terjangkau hingga keamanannya terjamin. Sebenarnya proses pembuatan mobil adalah hal yang rumit dan panjang, namun Mobilmotorlama akan coba membahas bagaimana cara membuat sebuah mobil dengan penjelasan seringkas-ringkasnya.
Anggaplah PT.Honocoroko, sebuah perusahaan mobil baru berencana membuat model baru untuk pasar mobil di Indonesia. Anggaplah PT.Honocoroko ini sudah memiliki pabrik, jaringan dealer, supplyer komponen dan sebagainya yang tentunya membuat hal ini bukanlah sesuatu yang murah. Tetapi untuk mempersingkat penjelasan, anggaplah PT.Honocoroko sudah memiliki semua sumber daya yang dibutuhkan di Indonesia.
Proses pertama dilakukan dengan cara melakukan survey pasar akan jenis kendaraan baru apa yang akan dibuat. Isi dari survey ini misalkan apakah nantinya masyarakat sebagai konsumen membutuhkan kendaraan jenis ini? seperti apa kondisi daya beli masyarakat? apakah kapasitas produksi perusahaan memenuhi? dan sebagainya. Semisal didapat hasil survey tadi masyarakat membutuhkan kendaraan minibus 7 penumpang seharga 150 sampai 200 juta karena kondisi daya beli saat survey masyarakat hanya mampu segitu dan kapasitas produksi pabrik sanggup memproduksi 100.000 unit kendaraan setahun dengan jalur produksi mobil jenis baru ini dialokasikan mencapai 30%. Hasil survey ini kemudian dilaporkan kepada atasan dan dirapatkan oleh pemilik perusahaan mobil, perusahaan rekanan seperti perbankan sebagai penyedia modal dan pengurusan pembiayaan penjualan kendaraan, pabrik-pabrik komponen, pertambangan sebagai penyedia material dan sampai para investor perusahaan pembuat mobil.
Selain itu juga, dibahas permasalahan dan tantangan apa yang dihadapi misalkan menyikapi krisis energi/minyak tahun 1973, masalah lingkungan sampai politis seperti kewajiban untuk merakit semua kendaraan yang dijual dalam sebuah negara dan perang dagang turut mempengaruhi seperti apa mobil yang akan dijual nantinya. Saat terjadi krisis minyak, tentunya mobil sport yang boros bensin akan dihentikan penjualannya dan digantikan dengan mobil yang lebih irit dan kecil misalnya. Setelah rapat tadi mendapat kesimpulan, dimulailah proses panjang pembuatan sebuah mobil hingga siap dipakai konsumen.
Langkah selanjutnya, dilakukan rancangan dasar desain produk. Pada proses ini dibuat bermacam-macam desain seperti misalkan apakah mobil minibus yang dibuat memakai desain semi bonnet seperti Suzuki APV dan Daihatsu Gran Max? atau cab over seperti Suzuki Carry dan Mitsubishi Colt T120ss? atau full bonnet seperti Toyota Avanza dan Nissan Grand Livina?. Sketsa awal bentuk kendaraan kemudian digambar tangan oleh para desainer dan kemudian dibuat model skalanya (biasanya berukuran 1:5) menggunakan tanah liat. Pada jaman sekarang, proses digitalisasi lebih banyak dilakuakn karena proses menggambar dilakukan menggunakan komputer dan model skala dibuat menggunakan perangkat lunak 3D. Selain eksteriornya, desain interiornya seperti peletakan kursi, bentuk dashboard hingga tempat-tempat penyimpanan barang juga dibuat sama seperti proses pembuatan eksteriornya lengkap dengan maket atau model skala dari interiornya. Setelah beberapa rancangan dasar desain produk jadi, hasilnya kemudian diseleksi dan kemudian dirapatkan kembali.
Konsumen sebagai pembveli produk akhir mobil ini juga perlu dilibatkan. Cara melibatkan konsumen ini salah satunya adalah dengan mengikuti autoshow dimana produsen mobil memamerkan mobil-mobil konsepnya. Para ahli statistik kemudian bisa memperkirakan bagian mana yang harus diubah atau seperti apa respon masyarakat terhadap prototip desain mobil baru ini. Selain itu, untuk versi facelift dan generasi baru konsumen mobil versi sebelumnya juga kadang diwawancarai seperti apa keinginannya untuk mobilnya kedepannya.
Setelah desain awal dipilih, langkah selanjutnya adalah menguji kelayakan desain. Model dari tanah liat tadi kemudian disempurnakan lagi misalkan diuji agar lebih aerodinamis menggunakan terowongan angin atau secara simulasi sehingga mobil nantinya bisa menjadi lebih irit bahan bakar, pilar A diubah ukurannya agar mampu menahan benturan ketika dilakukan tes tabrak dan sebagainya.
Sama seperti eksteriornya, bagian interiornya juga diuji lagi seperti apakah nantinya posos mengemudinya cocok untuk demografi dan sasaran pasar kendaraan nantinya sebagai contoh, kendaraan yang dijual di Eropa harus lebih luas interiornya dibanding kendaraan yang dijual di Asia karena orang Eropa rata-rata memiliki tinggi badan yang lebih dibanding orang Asia. Tata letaknya juga perlu diuji apakan misalnya tuas seinnya mudah dijangkau atau tidak? apakah peletakan kursi penumpang yang seperti ini memudahkan atau mempersulit akses penumpang atau tidak? material apa yang akan digunakan? dan sebagainya.
Proses selanjutnya adalah merancang sasis seperti jenis sasis apa yang akan digunakan? sistem suspensi seperti jenis suspensi apa yang akan digunakan? bagaimana posisinya? hingga peletakan ban cadangan untuk mengatur distribusi bobot kendaraan dan keselamatannya. Dulu, pabrikan perlu membuat satu persatu kombinasi rancangan ini dengan membuat test mule khusus yang kemudian diuji di sirkuit didalam komplek pabrik. Kini, proses ini lebih banyak dilakukan dengan simulasi komputer untuk mendapat data yang lebih akurat. Meski begitu, pembuatan test mule masih tetap diperlukan karena toh nantinya yang mengemudikan mobil adalah seorang manusia bukannya komputer.
Pada proses perancangan sasis, juga dilakukan perancangan mesin seperti apakah mobil nantinya akan memakai mesin diesel atau bensin atau malah elektrik? berapa kapasitas mesinnya? berapa jumlah silinder dan sebagainya. Peletakan mesinnya juga nantinya diperhitungkan bersamaan dengan proses perancangan sasis seperti misalnya dimana mesin akan diletakkan? transmisi apa yang akan digunakan? sampai merancang letak engine mount.
Setelah koreksi sana sini, barulah dibuat model finalnya menggunakan tanah liat dengan ukuran 1:1. Model tanah liat ini dibuat untuk kemudian dibuat die atau cetakan untuk mesin pres bodi di pabrik. Namun sebelum itu, masih ada beberapa tes terakhir seperti uji kelayakan dan ketahanan kendaraan diberbagai medan dan jarak yang jauh. Jika Anda pernah menemukan mobil dengan stiker kamuflase yang aneh, itulah dia mobil baru yang sedang dilakukan uji kelayakan dan ketahanan jarak jauh. Mobil pra produksi ini hanya dibuat 1 atau 2 saja dan setelah tes jalannya selesai maka mobil akan dibongkar sampai mur dan bautnya untuk dilihat seberapa tahan mobil ini dan dilakukan koreksi sebelum memasuki tahapan produksi.
Di Indonesia, walau pabrikan sudah melakukan berbagai tes, namun agar prototype produk bisa diproduksi dan dijual kemasyarakat harus dilakukan terlebih dahulu uji TPT. Detil dari uji TPT ini bisa Anda lihat sendiri di laman Kemenperin RI.
Prosesi research and development dari sebuah mobil sebenarnya masih belum terhenti sampai disini karena desain kendaraan kemudian diuji terus untuk dicari apakah ada kesalahan yang nantinya bisa dipertimbangkan untuk dilakukan recall kendaraan. Bisa dibilang, proses ini memakan biaya yang sangat-sangat besar. Mercedes-Benz dengan sumber daya yang melimpah misalkan membutuhkan sekitar 4.711.000.000 Euro atau sekitar 82.442.500.000.000 rupiah pada tahun 2015 untuk riset dan pengembangan mobil-mobilnya. Masih kurang mahal? Toyota untuk membuat facelift Kijang super menjadi Kijang grand saja membutuhkan sekitar 30 Miliar rupiah jaman 1992 (dimana saat itu Kijang dijual mulai dari 18 juta untuk versi pickup) untuk pengembangannya.
Karena biaya yang dikeluarkan sangat mahal, maka banyak perusahaan yang akhirnya memilih untuk membeli lisensi mobil yang sudah ada atau melakukan kerjasama untuk meringankan beban keuangan. Misalkan BMW dan Datsun (Nissan) pada awalnya hanya membuat mobil Austin Seven dengan cap yang berbeda atau Mazda yang berkerja sama dengan Suzuki untuk membuat Autozam AZ-1 dan Suzuki Cera. Selain itu, cara yang kurang etis seperti menyontek desain mobil tanpa meminta lisensi juga kadang dilakukan pabrikan otomotif seperti misalnya mobil pertama Toyota, Model A yang pada awalnya tidak lebih dari tiruan atau barang palsu dari Chrysler Air Flow. Praktek mencontek ini sekarang sudah mulai jarang dilakukan karena perusahaan yang mencontek bisa saja kena hukuman dan denda yang sangat mahal.
Selain proses risetnya yang berat, kadang perusahaan juga perlu membeli biaya lisensi untuk teknologi yang akan digunakan pada produknya seperti misalnya sistem gerak roda depan dan Panhard rod kepada Citroen dan Panhard. Akan sangat beruntung kalau perusahaan penemu tadi sedang dilanda krisis keuangan karena perusahaan tadi kemudian bisa dibeli lengkap beserta hak paten untuk teknologinya. Ini terjadi pada Volvo (Swedia) yang dibeli Geely (Tiongkok), Mini (Inggris) yang dibeli BMW (Jerman) atau Jaguar (Inggris) yang dibeli Tata (India).
Alternatif lainnya kalau benar-benar tidak punya uang untuk beli lisensi maupun melakukan riset adalah Tiongkok. Di Tiongkok sana, anda bisa membuat mobil sesuka hati lalu dijual dengan merk sendiri walau anda tidak punya kemampuan engineering, pabrik yang mumpuni sampai selera desain kendaraan yang bagus. Selama ada uang, apapun bisa. Datang saja ke semacam sentra otomotif/industri otomotif yang banyak bertebaran di kota-kota besar. Tidak heran kalau akhirnya ada banyak sekali merk-merk mobil yang beredar di Tiongkok sana. Dengan hukum perlindungan hak cipta yang didesain untuk menguntungkan perusahaan lokal, replika bodi mobil tertentu juga mesinnya bisa anda dapatkan dengan mudah. Dengan material atau bahan baku yang mudah dan murah didapatkan, blueprint engineering yang nyaris gratis karena hukum paten disana, sampai buruh pabriknya yang bisa saja merupakan narapidana sehingga rela dibayar sangat murah, tidak heran kalau membuat mobil sangat murah biayanya. Contoh mobil yang menggunakan cara ini antara lain Katanka (Ghana) sampai Esemka (Indonesia).
Artikel ini adalah bagian dari seri "Cara Membuat Mobil". Kelanjutan artikel ini ada pada laman dengan label Cara Membuat Mobil.
Comments
Post a Comment