Membangun Industri Otomotif Lewat Aturan CBU dan CKD

Pabrik Esemka Boyolali

Industri otomotif merupakan salah satu industri yang rantai produksinya panjang dan menyangkut hajat hidup jutaan orang. Oleh karena itu industri ini dianggap gurih oleh berbagai pemerintah dunia yang menginginkan industri otomotif maju dinegaranya untuk ditarik pajaknya serta bisa menyerap lapangan kerja bagi rakyatnya yang berarti juga potensi menggerakkan ekonominya akan sangat besar. Oleh karena itu industri ini diatur begitu ketat sampai-sampai memnuculkan beberapa istilah seperti CBU dan CKD.

Istilah CBU dan CKD dalam dunia otomotif erat kaitannya dengan asal-usul sebuah kendaraan. Negara yang mampu mengembangkan sendiri industri otomotifnya memang sangat sedikit. Sebut saja Amerika Serikat, berbagai negara Eropa seperti Inggris, Jerman, Italia, Perancis, sementara perwakilan Asia ada Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok. Selain negara-negara tersebut, sekedar untuk membuat sendiri mobil untuk dijual kepada masyarakat umum dengan kapasitas besar bukanlah hal yang mudah. Ada berbagai macam tantangan teknis sampai kucuran dana yang tidak sedikit dibutuhkan disana. 

Misalkan saja, ketika Toyota menginginkan membuat mobil dari 0 seperti ketika mereka merancang Lexus LS400 generasi pertama membakar setidaknya 1 milyar dollar Amerika dimana nilai 1 milyar dollar Amerika jaman 80an tentu akan jadi lebih dari itu kalau dihitung dengan dollar jaman sekarang karena pengaruh inflasi. Bagaimana dengan berbagai modifikasi? seperti ketika Proton membuat Proton Persona yang kurang lebih hanya Proton Gen 2 dikasih buntut agar menjadi sedan. Dari berbagai sumber, pengembangan Proton Persona ini menghabiskan 500 juta ringgit.

Bisa mahal begitu karena tidak seperti modifikasi di bengkel, pabrikan perlu memastikan produknya punya kualitas yang sama dengan ribuan unit lainnya yang diproduksi serta memastikan sparepart yang nantinya akan diproduksi oleh vendor bisa pas ketika dipasang di mobil produksinya. Contoh sederhananya, cobalah untuk memasak misal nasi goreng tidak dalam 1 batch tapi berulang. Nasi goreng masakan pertama mungkin hasilnya enak sempurna tapi nasi goreng yang dibuat nomor 28 mungkin porsinya sudah berbeda dengan nasi goreng pertama begitu juga rasa nasi goreng nomor 57. Untuk menghindari hal semacam ini berbagai biaya diperlukan untuk mengatasi permasalahan seperti dengan membuat instrumen khusus, bagaimana mesin produksi disetting, pelatihan pekerja dan lain sebagainya.

Modal yang lebih sedikit bisa juga sih, hanya saja hasilnya tidak akan bagus juga. Wuling ketika pertama kali membangun pabrik di Indonesia utuk pertama kali menghabiskan 9,3 triliun rupiah itupun hanya sekedar bangun pabrik karena mobil-mobilnya pindah produksi dari Tiongkok ke Indonesia. Atau mungkin seperti Esemka yang menghabiskan 600 milyar rupiah untuk memproduksi 2 tipe mobil pickup dan sayangnya hasilnya hanya jadi olok-olok.

Solusi dari Pemerintah, Buat di Sini Apa Kena Pajak

Sebagai pemerintah yang fungsinya seperti wasit ketika main bola dimana tentunya wasit tidak boleh merebut bola dari pemain untuk meng-gol-kan tim favoritnya, yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendukung industri otomotif adalah memerintah dengan membuat aturan. Salah satu aturan yang juga dilakukan pemerintah Indonesia adalah memberlakukan pelarangan impor kendaraan secara CBU dan mewajibkan kendaraan yang dijual di Indonesia antara tahun 1973 sampai 1999 untuk dibuat di Indonesia minimal secara CKD. Ini sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) No. 45 tanggal 26 Juni 1972.

CBU sendiri adalah singkatan dari completely built up. Maksud dari CBU ini adalah kendaraan diimpor secara utuh dari negara pembuatnya dalam kondisi siap pakai. Mobil atau motor CBU diproduksi dan dirakit sepenuhnya di pabrik asalnya dan kemudian didistribusikan ke negara-negara lain, termasuk Indonesia dalam bentuk siap pakai. Anggaplah ini sama seperti membeli mainan diecast mobil Hotwheels atau Bburago yang keluar dari box bisa langsung dimainkan.

Berbeda dengan CKD atau Completely Knock Down dimana maksudnya adalah kendaraan yang diimpor dalam bentuk komponen-komponen terpisah. Komponen-komponen ini kemudian dirakit di negara tujuan sebelum akhirnya dijual kepada konsumen. Dengan perumpamaan mainan, kurang lebih ini seperti mainan Mini 4WD dari Tamiya dimana sebelum bisa dimainkan, kita harus merakitnya sendiri. Sebagai tambahan dalam CKD juga ada istilah IKD atau Incompletely Knocked Down dimana komponennya masih kurang sehingga harus diproduksi sendiri. Kalau dalam perumpamaan mobil Tamiya Mini 4WD tadi, kita harus beli baterainya secara terpisah dari warung madura tetangga sebelah.

Rakit Tamiya

Dengan pemaksaan berupa pembatasan kendaraan CBU dan mewajibkan agen merk kendaraan untuk membuat kendaraannya secara CKD, Indonesia mendapatkan sejumlah keuntungan seperti investasi yang masuk menjadi tinggi. Investasi ini diperlukan untuk mengubah perekonomian Indonesia yang tadinya bergantung kepada sektor agraris menjadi naik kelas ke sektor industri. PT Astra Toyota misalnya tadinya hanya berdagang mobil tapi karena aturan ini kemudian mengharuskannya membangun pabrik di Indonesia. Karena komponen pembuatan mobil Toyota ada banyak, tentunya Toyota juga menggandeng sejumlah perusahaan untuk ikutan investasi di Indonesia atau mungkin juga menggandeng perusahaan lokal. Karenanya mobil Toyota memakai ban buatan Bridgestone yang juga dibuat di Indonesia serta kaca mobil dari Mulia Glass misalnya. Bisa dibayangkan berapa penyerapan tenaga kerja yang terjadi dengan berdirinya pabrik ini serta implikasinya ke ekonomi.

Apakah Ada Beda Kualitas CKD dan CBU?

Suka tidak suka, Indonesia adalah bangsa yang rendah diri berwatak lemah seperti pidato kebudayaan Mochtar Lubis yang berjudul Manusia Indonesia yang rilis tahun 1977. Ini bahkan merembet ke kendaraan-kendaraan yang diproduksi di Indonesia. Mobil CBU lebih dihargai dibandingkan mobil CKD sampai-sampai orang mengiklankan mobil bekasnya dengan spek CBU padahal bukan. Juga mobil-mobil CKD juga kualitasnya tidak kalah bagusnya. Maksudnya siapa juga yang meragukan build quality sebuah Mercedes-Benz W210 atau BMW E38 yang mana keduanya juga diproduksi di Indonesia untuk beberapa modelnya.

Kalaupun kendaraan CBU punya kelengkapan yang lebih, bukan berarti kendaraan CKD lebih inferior. Ini karena selain masalah teknis seperti di Indonesia belum ada perusahaan semikonduktor untuk sistem driving assist, namun kendaraan yang dirakit di Indonesia biasanya juga menyesuaikan dengan kondisi Indonesia seperti jenis BBM yang dipakai, kebiasaan masyarakat sampai daya beli kebanyakan.

Orang Jerman sangat suka peraturan. Kalau dikatakan 100, orang Jerman akan mengusahakan 100 tanpa kompromi. Berbeda dengan orang Indonesia yang sama-sama dibilang harus 100 tapi masih berkompromi entah 80 atau juga 110. Lantas, apa maksudnya?  kalau buku manual menunjukkan ganti oli disetiap 5000km, orang Jerman akan mematuhi aturan tersebut sementara di Indonesia biasanya orang-orangnya akan lebih mentolerir telat dikit nggak apa sehingga di 6000km baru ganti misalnya. Ini berpengaruh terhadap ketahanan mobil karenanya di Jerman Mercedes-Benz, BMW dan Audi dianggap bagus tidak rewel sementara di Indonesia ada saja yang bilang mobilnya rewelan. Belum termasuk hal lain seperti kondisi jalan, kualitas BBM dan lainnya.



Comments