Yamaha RD125/RX125 Twin

Yamaha RD125 RX Twin

Jauh sebelum Yamaha di Indonesia mengeluarkan Yamaha YZF-R25 atau MT-25 yang memakai mesin 2 silinder, sudah ada motor Yamaha 2 silinder pada era 70an. Di luar negeri, motor ini lebih dikenal sebagai Yamaha RD125 utamanya RD125DX namun di Indonesia lebih populer disebut Yamaha RX twin. Pada jamannya, motor ini diiklankan sebagai Yamaha RX125 yang anehnya juga muncul sebagai varian 1 silinder. Mungkin agar tidak membingungkan, nama RX Twin kemudian lebih populer digunakan untuk menggambarkan sepeda motor ini.

Motor 2 silinder 2 tak Yamaha ini masih merupakan penerus dari Yamaha YASI atau AS1 yang hadir pada tahun 1963 lalu dilanjut Yamaha AS3, dan kemudian menjadi Yamaha RD125 alias RX Twin ini. Pertama kali diproduksi pada tahun 1976 dan berakhir pada 1979. Yamaha RD125 masih merupakan keluarga Yamaha RD series seperti RD250, RD350 dan RD400 yang mana merupakan motor sport yang kelak berevolusi menjadi Yamaha RZ, YZR dan kemudian YZF.

Sebagai motor sport, desain Yamaha RX Twin ini lebih sporty dibandingkan model lain termasuk juga RX 125 1 silinder yang menjadi moyangnya Yamaha RX King. Posisi setangnya lebih rendah dengan tangki kotak yang rata dibagian atasu untuk mempermudah pengendara untuk menunduk di jalanan lurus dan bergelombang disamping untuk mempermudah paha mengapit tangki ketika menikung. Joknya juga sedikit menjulang keatas pada bagian belakangnya sebagai pembatas agar pengendara tidak tergelincir ketika berakselerasi.

Ciri khas dari Yamaha RX Twin ini ada pada knalpotnya yang memakai model 2 buah dan terletak disebelah kanan dan kiri. Desain knalpotnya rata tidak menjulang seperti knalpot racing yang muncul akhir tahun 80an dimana knalpot ini menjadi pembeda antara RX125 2 silinder dengan RX125 1 silinder.

Yamaha RX Twin mengandalkan mesin 2 silinder paralel twin 2 tak pendingin udara berkapasitas 125cc yang mampu menghasilkan tenaga yang lumayan besar pada masanya. Klaim pabrik, motor ini mampu menghasilkan tenaga sebesar 16Hp pada 8500Rpm dan torsi 12,7Nm pada 8000Rpm dengan rasio kompresi 6,8:1. Dipadukan dengan berat motor yang hanya 110Kg membuat motor ini menjadi salah satu motor terkencang dijalanan Indonesia pada saat itu. Untuk pasokan bahan bakar, digunakan 2 buah karburator Teikei 18mm. Untuk transmisinya, digunakan transmisi manual 5 percepatan dengan pola 1-N-2-3-4-5.

Fitur motor ini lumayan lengkap untuk motor era 70an. Untuk keselamatan, pada bagian depan sudah memakai solid disk brake single piston dan rem teromol untuk bagian belakang. Speedometernya mencatatkan angka sampai 160Km/jam dan sudah dilengkapi dengan tachometer yang dapat mencatatkan angka sampai 12000Rpm dengan redline 10000Rpm. Suspensi depan mengandalkan teleskoptik dan belakangnya memakai shockbreaker ganda. Pengapian motor ini masih menggunakan platina dan untuk starternya hanya mengandalkan kick.

Saat ini motor ini sudah termasuk barang langka yang jumlahnya tinggal sedikit. Biasanya motor ini dijual sekitar 10 juta untuk kondisi biasa saja. Penyakit motor ini biasanya ada pada platinanya yang rewel dan susah setingganya. Selain itu, sambungan antara karburator dengan mesin motor ini terbuat dari karet yang sering terkena panas akhirnya getas dan membuat mesin brebet. Motor ini termasuk motor kalangan berpunya saat itu karena boros busi juga boros bensin karena mesin 2 tak 2 silindernya meski hanya 125cc. Bagusnya, jika setelan platinanya pas, suara mesin twin cylindernya melengking yang sangat merdu di telinga pecinta motor 2 tak. Kelebihan lainnya ada pada karakternya dan desain terutama tangkinya yang kotak memanjang dengan lekukan khusus untuk paha agar terasa mengapit motor lebih kuat kala cornering yang memang sudah seperti motor balap sejak awal kemunculannya.

Spesifikasi Yamaha RD125 / RX Twin ini adalah sebagai berikut:

Spesifikasi Yamaha RD125 / RX Twin
Jenis Sepeda Motor
Tipe RD125
Mesin 124cc 2 stroke paralel twin
Bore X Stroke 43.0 X 43.0 mm
Sistem Bahan Bakar Karburator
Transmisi Manual 5 Speed
Wheelbase 1.240 mm
Panjang 1.935 mm
Lebar 840 mm
Tinggi 1.060 mm


Comments