Sejarah Helicak dan Super Helicak di Jakarta
Helicak merupakan salah satu moda transportasi yang digagas oleh gubernur Jakarta pada waktu itu, Ali Sadikin. Pada awalnya Helicak dibuat untuk menggantikan becak yang dirasa kurang manusiawi. Konon kendaraan ini dinamakan Helicak yang merupakan singkatan dari Helikopter Becak karena bentuknya yang menyerupai helikopter walau tanpa beling-baling dan dilengkapi dengan 3 roda mirip dengan becak ditambah posisi penumpang dan pengemudinya yang juga persis becak konvensional.
Helicak pertama kali diluncurkan di Jakarta pada Maret 1971, saat pemerintahan gubernur Ali Sadikin. Harga satu unit helicak saat itu adalah Rp 400 ribu dan pada saat terakhir diimpor tahun 1979, harganya menjadi Rp 525 ribu per unit. Helicak ini cukup populer pada saat itu karena ongkosnya lumayan murah dan lebih cepat dibanding becak konvensional yang dikayuh serta lebih lebih nyaman karena tidak basah saat hujan dan tidak panas. Beberapa anak mudah malah senang berpacaran sambil menumpang Helicak karena lebih privasi dan pengemudinya tidak bisa mendengar percakapan penumpang di depannya.
Helicak dibuat dengan basis skuter Lambretta yang ciri khasnya masih bisa dilihat pada bagian belakang Helicak. Bisa dibilang inilah pertama kalinya Indonesia membuat "mobil" karena selain untuk menggantikan becak, Helicak dibuat karena dulu presiden Soeharto akan memberi insentif pajak bagi perusahaan kendaraan bermotor yang bisa membuat kendaraan sederhana dan bisa dibuat di Indonesia. Bodi Helicak bagian penumpang seperti kanopi terbuat darinya dari fiberglass dengan rangka yang masih terbuat dari besi. Bagian belakangnya karena masih asli Lambretta jadilah masih mengandalkan sasis monokok khas skuter Lambretta. Bagian kaca kanopi penumpangnya dibuat dari bahan akrilik. PT Italindo pada waktu itu berhasil membuat kurang lebih 400 unit Helicak sampai akhir masa produksinya.
Untuk dapat mengemudikan Helicak, para "pilot" Helicak ini harus memiliki sim C khusus. Ini dikarenakan kendaraan roda 3 seperti Helicak ini dianggap sebagai sepeda motor di Indonesia. Kelemahan Helicak ada pada desain keamanannya dimana penumpang berada dibagian depan dengan pelindung berupa rumah-rumahan dari fiberglass sementara pengemudinya berada di belakang dengan tidak diberi ruang pelindung seperti dibagian depan. Kala terjadi kecelakaan, pengemudi Helicak bisa langsung turun melompat dari Helicak sementara penumpangnya yang berada di depan harus pasrah karena terjebak didalam ruang penumapang. Helicak ini kemudian direvisi menjadi Super Helicak yang muncul pada tahun 1975. Sayangnya nasib Helicak harus berakhir pada era 80an karena sejak 1985 moda transportasi ini sudah mulai menghilang dari Jakarta.
Super Helicak dibuat untuk menggantikan Helicak yang dirasa kurang aman dan masih kurang manusiawi untuk pengemudinya. Kendaraan pengangkut penumpang ini hadir di Indonesia sekitar tahun 1975 walau sebenarnya sudah muncul sejak 1972 pada waktu Jakarta Fair 1972. Berbeda dengan Helicak, Super Helicak ini tidak dibuat oleh Italindo. Ini karena pada awalnya Super Helicak akan diberi nama Super Srikandi yang idenya kemudian ditolak oleh ibu Tien Soeharto. Mesin Super Helicak ini sebenarnya merupakan mesin ex Soviet yang di brand ulang menjadi Srikandi - TGA200 dan dirakit oleh PT Purna Sadhana Bandung (Pursad). Bodi kendaraan yang terbuat dari fiberglass ini dibuat oleh PT Sagitarius Sari di Kalibata. Karena memakai nama Helicak, jadilah PT Italindo menjadi ATPM dan menjual kendaraan ini.
Secara bentuk, Super Helicak ini sudah semakin mirip dengan mobil sungguhan walau rodanya hanya 3. Pada awalnya, Super Helicak memiliki stang kemudi yang masih mirip motor dengan batang stang mirip skuter Lambretta. Posisi duduknya berupa bangku depan menyatu untuk pengemudi dan bangku belakang menyatu untuk mengangkut 2 sampai 3 penumpang dibelakang. Sekitar tahun 1977 terjadi revisi desain dimana jok depan sudah dipisah mirip seperti jok mobil sehingga mampu mengangkut 4 sampai 5 penumpang dimana salah satunya duduk di sebelah kiri pengemudi. Selain itu stang kemudi sudah diganti dengan setir sehingga mirip seperti mobil. Untuk mengemudikan kendaraan ini masih sama seperti Helicak dimana pengemudi harus punya SIM C khusus.
Secara ukuran, Super Helicak ini punya panjang yang mirip dengan Bajaj biru (BBG) dengan tinggi mirip Helicak. Selain roda 3 nya, ciri khas kendaraan ini ada pada atapnya dimana disitu terdapat penanda mirip taksi dengan tulisan Helicak. Konon dulu rencananya Super Helicak akan memakai argometer seperti taksi namun idenya juga ditolak sama seperti ide nama awal Super Srikandi. Sayangnya Super Helicak pada waktu itu sudah mulai kalah populer karena transportasi lain seperti Bajaj sudah mulai muncul. Super Helicak ini diperkirakan hanya ada sekitar 30 sampai 40 unit. Jaman dulu kendaraan ini beroperasi di wilayah Cikini dan Kebayoran Baru. Salah satu alasan mengapa Super Helicak ini kurang populer adalah karena kendaraan ini terlihat eksklusif sehingga banyak orang takut untuk menaiki kendaraan ini karena dikiranya ongkosnya mahal.
Nasib kedua kendaraan ini berkahir sekitar 1987 dimana pada waktu itu pemda DKI melarang beroperasinya kedaraan ini. Selain itu, moda transportasi ini juga kalah saing dengan Bajaj dan Metro Mini yang leibh murah, nyaman dan cepat. Tidak banyak unit Helicak yang tersisa apalagi Super Helicak yang lebih langka.
oom itu bahasannya persis banget sama cerita oom Newrubble di QM www.serayamotor.com.... oom suka nongkrong di SM juga ya ??
ReplyDeleteya, cerita beliau selalu menarik entah di modcom atau sm cukup sering baca post beliau
DeleteIni website bagus, sy sering baca2 artikel disini buat cr info ttg kendaraan lama yg jarang diketahui orang banyak...
ReplyDeleteAdmin sini member SM bukan? Kalo iya mari kita kenalan & ngobrol2 disana, jangan malu2 hehehe...
trimakasih om, iya sering nongkrong disana... id lama lupa sekarang bikin id baru sejak nggak bisa baca thread secara anonim
DeleteWah yg komen2 disini rata2 SMers hehe..
ReplyDeleteSMers juga om?
Delete