Mengenang Sirkuit Ancol, Sirkuit Internasional Pertama di Indonesia

layout bentuk denah sirkuit Ancol pasca renovasi 1971

Jauh sebelum ada sirkuit Sentul, Indonesia sudah punya sirkuit bertaraf internasional sendiri dengan nama Sirkuit Ancol atau lengkapnya Jaya Ancol Circuit Jakarta. Sesuai dengan namanya, sirkuit legendaris Indonesia ini berada diwilayah Ancol, Jakarta Utara.


Entah kapan tepatnya pertama kalinya Sirkuit Ancol (nama resmi: Jaya Antjol Circuit Djakarta) dibangun. Sirkuit ini sepertinya mengalami beberapa kali renovasi dalam proses pembangunannya. Pada bulan Oktober tahun 1969, diadakan acara Jaya Antjol Race I dimana saat itu kondisi sirkuit hanyalah berupa jalanan perumahan biasa dengan tikungan yang patah-patah. Lebar sirkuit ini hanya 7 sampai 10,5 meter saja dengan panjang lintasan 3590m. Selanjutnya pada tahun 1970, diadakan Jaya Antjol Race II pada bulan Oktober. Pada acara kali ini, panjang sirkuit diubah menjadi 3950m dan jumlah tikungannya ditambah 2 menjadi 12 tikungan.

layout bentuk denah sirkuit Ancol pra renovasi


Pada tahun 1971, sirkuit Ancol dipugar secara total dengan layout seperti pada gambar pertama diatas. Dengan biaya sekitar 400 juta rupiah pada tahun 1971 dimana uang tersebut digunakan untuk pengaspalan hotmix, pembangunan paddock, pit dan tower. Paddock sirkuit Ancol ini terdiri dari 3 ruangan yang masing-masing berukuran 150m x12m, 75m x 12m dan 51m x 5m dimana paddock ini sanggup menampung sekitar 100 mobil atau 150 motor balap termasuk perlengkapannya.

Pada bagian pit, terdapat ruangan yang mampu menampung 30 mobil balap atau 50 motor balap. Cukup memadai untuk 2 orang pit crew masing-masing pembalap. Selain itu, ada juga tower kontrol yang terdiri atas 3 lantai dimana lantai teratas digunakan untuk score board dan TV juga tempat wartawan dan polisi ditempatkan. Lantai pertama bangunan tower ini digunakan sebagai ruangan race control, dokter dan bendera. Lantai kedua bangunan ini sendiri digunakan sebagai ruang pengecekan waktu dan kantor panitia perlombaan.

Layout sirkuit ini menjadi kurang lebih sama seperti sirkuit perkotaan dengan jalur lurus yang mendominasi dipadukan dengan tikungan patah. Hanya saja, karena pembangunan di Jakarta jaman 70an dulu belum sepesat sekarang, bayangkan saja daerah desa atau perumahan yang belum dibangun sehingga hanya berupa tanah kosong dengan ilalang serta beberapa pohon diberi jalanan aspal dan dipakai untuk balap. Sebegitu sederhananya sirkuit ini sampai-sampai paddock peserta balapanpun berada dibawah pohon.

Secara spesifikasi, sirkuit ini setelah mengalami renovasi 1971 berubah menjadi seperti bentuk huruf L macam sirkuit Salzburg (Austria) dan Lakeside (Australia) pada jamannya. Panjang lintasannya menjadi 4470m dengan lintasan lurus yang melalui restoran Duta Toradja sepanjang 1070m. Lebar jalannya pun juga ditambah menjadi 9 meter dan 12 meter dari yang sebelumnya direncanakan minimum 10 meter dan maksimum 18 meter setelah mempertimbangkan aspek keamanan. Tidak heran kalau kemudian sirkuit ini menjadi salah satu yang terbaik di Asia pada waktu itu tepat dibelakang sirkuit Fuji, Jepang.


Tidak heran kalau kemudian ada banyak acara berskala internasional yang dihadirkan di sirkuit ini seperti misalnya Grand Prix Ancol, endurance 7 jam Ancol dan sebagainya. Mobil-mobil yang berlaga di sirkuit ini juga sebenarnya tidak main-main juga. PT. Astra misalnya, pernah mengembangkan Toyota Starlet KP47 dan Toyota Corolla KE30 dengan Tom's Jepang khusus untuk spesifikasi sirkuit ini.
Gelaran balap disirkuit ini juga sangat ramai. Masyarakat Indonesia saat itu masih begitu penasaran dengan olah raga otomotif ini. Melihat potensi penghasilan yang besar, gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin sampai menunjuk seorang Tinton Soeprapto yang merupakan pembalap Indonesia dengan prestasi yang membanggakan sebagai maskot sirkuit Ancol untuk menyedot pembalap asing agar mau membalap di Sirkuit Ancol.

Meskipun sirkuit ini cukup sukses sebagai ikon olah raga otomotif Indonesia saat itu, namun ternyata ada beberapa permasalahan yang melanda kepengurusan sirkuit ini seperti kepemilikan lahan dimana pembangunan perumahan mewah milik Jaya Real Estate (Ciputra) yang berada dilahan yang juga dijadikan sirkuit membuat kawasan sirkuit Ancol yang semula seluas 40 hektar mengecil menjadi 12 hektar saja. Kegiatan balap disirkuit ini juga mulai menggangu warga sekitar dimana suara mobil balap dan polusi menggangu pemukiman. Alih kepemilikan lahan juga bukan merupakan pilihan karena Ciputra sebagai pemilik lahan tidak mau menjual lahannya. Akhirnya, atas keputusan gubernur DKI Jakarta, Soeprapto mengirim perintah kepada Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) yang pada saat itu dijabati oleh Hutomo Mandala Putra agar memperbolehkan penggunaan sirkuit Ancol sampai dibangun penggantinya.

Kondisi sirkuit Ancol yang mulai memprihatinkan seperti tribun dan paddock yang rusak karena minimnya perawatan sampai perlengkapan pendukung keselamatan sirkuit yang minim membuat pembangunan sirkuit menjadi perlu. Hal ini membuat kondisi sirkuit Ancol saat itu sangat tidak memungkinkan lagi untuk menggelar ajang balap berskala internasional seperti misalnya Formula 1. Pada akhirnya, dibangunlah pengganti dari sirkuit Ancol ini dengan nama sirkuit Sentul yang terletak di desa Sentul, Cibinong, Bogor sekitar 40 Km dari Jakarta.

Corolla Twincam GTi Pemuda Pancasila Race 92

Ketika Sentul selesai dibangun pada tahun 1992, otomatis kontrak sirkuit Ancol berakhir sudah. Kini bekas sirkuit Ancol sudah berubah menjadi pemukiman warga dimana tower kontrol, tribun penonton dan sebagainya kalau tidak jadi rumah ya jadi taman. Satu-satunya bekas sirkuit Ancol yang bisa ditemui mungkin hanyalah aspalnya itupun dibeberapa titik seperti tikungan ditimur sudah berubah menjadi taman. Salah satu gelaran balapan terakhir dari sirkuit ini mungkin adalah Pemuda Pancasila Race 92 pada tanggal 14 Juni 1992 yang pada kelas sedan kecil dimenangkan oleh Toyota Corolla GTi yang dikemudikan Indra Saksono diikuti Tommy Santoso yang juga mengendarai Corolla GTi lalu diikuti oleh Dolly Indra N. yang mengendarai Mazda Astina.

Referensi

  • "Jaya Antjol Circuit Djakarta". MOBIL & MOTOR. Oktober 1971. hlm 13 dan 41
  • "Circuit Ancol lebih baik dari Hongkong & Macao". Mekanik Populer & Mobil. 1975. hlm 44
  • "Champ of the Champ, Corolla menjawab tantangan Anda". iklan Toyota Corolla GTi. 1992


Comments