Mobil Kepresidenan Bung Karno

Mobil Kepresidenan Bung Karno

Selain menjadi alat transportasi, mobil juga bisa menjadi salah satu pelambang status sosial penggunanya. Terlebih ketika mobil tersebut dijadikan mobil dinas presiden maupun mobil yang digunakan untuk keperluan kenegaraan. Bapak proklamator kita, Bung Karno selalu memilih mobil-mobil buatan Amerika Serikat yang terlihat berwibawa berhubung negaranya saat itu menjadi kaya raya berhubung teman-temannya di Eropa sedang berusaha membangun kembali dari sisa-sisa perang dunia kedua untuk mengantarnya bertugas maupun membahas rahasia negara didalam mobil bersama tamunya.


Menurut presiden Sukarno dalam buku "Penyambung Lidah Rakyat" karya Cindy Adams, hanya ada empat buah mobil resmi kepresidenan dan tiga di dalam garasi untuk tamu negara. Bukan 15 seperti ditulis oleh sebuah majalah luar negeri. Namun sayangnya, tidak ada batasan mana yang merupakan mobil dinas dan mana yang merupakan mobil "pribadi". Tidak heran kalau kemudian kami jadi seperti media asing yang dimaksud Bung Karno dalam potongan wawancaranya tersebut.


Meski begitu, kami berusaha mencari mobil apa saja yang beliau gunakan untuk tugas kenegaraan (baik pergi bertugas atau mengantar tamu negara penting). Berikut adalah beberapa mobil yang pernah digunakan Soekarno untuk bertugas yang kami rangkum.

Buick Eight Roadmaster Hardtop 1939


Buick Eight Roadmaster Hardtop 1939

Mobil pertama yang digunakan Bung Karno ketika menjabat sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia adalah Buick Eight Roadmaster buatan tahun 1939 yang sekarang berada di Museum Juang 45. Ada cerita menarik dari mobil yang sebelumnya milik orang Jepang yang menjabat sebagai kepala jawatan kereta api. Dikutip dari buku "Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" karya Cindy Adams, gerakan pemuda dati Barisan Banteng yang dipimpin oleh Sudiro merasa bahwa presiden Republik Indonesia membutuhkan sebuah mobil untuk dinas menjalankan tugas-tugasnya. Sayangnya, republik yang baru berdiri ini tidak punya unag untuk membeli mobil.

Sudiro yang kelak menjabat sebagai gubernur Jakarta dan kakek dari aktor Tora Sudiro ini kemudian teringat oleh sebuah Buick Eight Roadmaster tahun 1939 yang menjadi mobil paling bagus di Jakarta saat itu. Para pemuda kemudian mendatangi kediaman orng Jepang tersebut lalu membujuk supirnya yang merupakan orang Indonesia untuk menyerahkan kunci mobilnya kepada para pemuda lalu si supir langsung disuruh pulang kampung ke Tegal agar tidak dicari oleh Jepang.

Misi telah diselesaikan dengan baik, Republik Indonesia punya mobil untuk presidennya. Yang jadi masalah sekarang adalah siapa yang bisa membawa mobil ini ke rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur no 56. Berhubung jaman dulu mobil merupakan barang super mewah yang tidak semua orang bisa memiliki apalagi mengemudikannya, jadilah para pemuda ini kemudian kembali berkeliling mencari orang yang bisa nyopir untuk membawa mobil ini.

Chrysler Crown Imperial 1955


Pada tahun 1955, presiden Sukarno melakukan ibadah haji. Pada saat melakukan ibadah haji inilah rombongan Sukarno diterima oleh Raja Saud bin Abdul Aziz yang baru 2 tahun menjadi raja di kerajaan tersebut. Selama berada di Arab Saudi, Sukarno diberi fasilitas berupa sebuah Chrysler Crown Imperial tahun 1955. Selama perjalanannya, presiden Sukarno memberi usul agar kawasan ibadah diperbaiki dan dibersihkan dari para pedagang serta menghijaukan padang Arafah.

Ketika pulang ketanah air, raja Arab Saudi kemudian memberikan cinderamata berupa kiswah atau potongan kain Ka'bah dan juga mobil Chrysler Crown Imperial tersebut. Presiden Sukarno juga tidak lupa memberikan bibit pohon Mimba atau Azadirachta indica A. Juss. Untuk menghijaukan padang Arafah. Presiden Sukarno tercatat sangat menyukai mobil Chrysler ini sehingga dipakainya sebagai mobil kepresidenan dengan plat nomor Indonesia 1.

Mobil ini kemudian mengalami 1 kejadian penting pada tanggal 30 November 1957 di Cikini, Jakarta yang dikenal dengan nama peristiwa Cikini. Waktu itu presiden Sukarno hendak mengunjungi bazar sekolah di Perguruan Cikini. Naas, saat itu terdapat aksi terorisme yang menewaskan 9 orang dan melukai setidaknya 100 warga sipil. Mobil Chrysler pemberian raja Arab Saudi ini juga menjadi korbannya karena target pelemparan granat ini adalah presiden Sukarno. Mobil ini mengalami kerusakan berat berupa ban depan kanan-kiri pecah, spakbor dan fender berlubang, juga terdapat kerusakan pada kap dan mesin.

Chrysler Windsor 1947

Chrysler Windsor 1947

Mobil ini pernah digunakan oleh presiden Sukarno untuk membawanya pergi ke Bandung bersama dengan Mohammad Hatta untuk membuka konferensi Asia-Afrika pada tanggal 18 April 1955. Sebelumnya, Windsor ini juga dipakai untuk mengantarkan PM India, Jawaharlal Neru menjelang konferensi Asia-Afrika ini.

Mercedes-Benz 600 W100 "Grosser"

Kalau Anda adalah seorang kepala negara atau orang kaya beneran pada era 60an, mobil apa yang akan Anda pilih? Sudah pasti Mercedes-Benz 600 atau yang dikenal juga dengan nama Grosser. Mobil ini menjadi pilihan banyak kepala negara termasuk dikator kejam seperti Pol Pot atau Idi Amin bahkan kepala negara-negara komunis yang mengharamkan kemewahan. Alasan mengapa mobil ini banyak dipilih adalah karena kecanggihannya dimana mobil ini sudah power window misalnya dimana sistemnya digerakkan secara Hydropneumatic atau melalui fluida dan tekanan bukannya motor listrik kecil seperti umumnya mobil masa kini.

Berbeda dengan mobil-mobil lainnya yang merupakan mobil buatan Amerika Serikat, Soekarno dikabarkan pernah memakai Großer ketika terjadinya konflik Indonesia-Malaysia yang dikenal dengan nama Konfrontasi atau "Ganyang Malaysia". Dalam buku A Magic Gecko karangan Horst Geerken, sekitar tahun 1964 saat terjadinya Konfrontasi presiden Sukarno meninggalkan mobil-mobil buatan Amerikanya dan pindah menggunakan mobil ini. Alasannya sederhana saja, agar tidak kebarat-baratan (dalam hal ini Amerika Serikat). Namun karena dasarnya memang bukan seleranya, sang putra fajar kemudian kembali lagi memakai Cadillac dan Chrysler Imperialnya beberapa saat kemudian.

Karena hanya digunakan sebentar, hampir tidak ada foto sejarah yang membuktikan keberadaan mobil ini bersama dengan Bung Karno. Kejadian penting dimana mobil ini digunakan oleh kepala negara maupun tamu VVIP di Indonesia adalah ketika kunjungan ratu Juliana ke Jakarta dan Yogyakarta pada tahun 1971. Itupun juga tidak diketahui apakah ini adalah Grosser yang pernah dipakai Bung Karno atau bukan.


Selain itu, presiden Sukarno juga sempat mendapat hadiah berupa mobil kepresidenan berupa limusin GAZ Chaika yang jarang digunakannya. Kisah mengenai mobil ini sendiri bisa dibaca pada artikel GAZ M13A Chaika Bung Karno dari Nikita Khrushchev.

Selepas presiden Sukarno berhenti menjabat, banyak mobil-mobil kepresidenan pada masanya yang kemudian disimpan begitu saja di garasi Sekretariat Negara. Pada tahun 1986, Persatuan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) yang dibidani oleh Solichin GP berinisiatif untuk merawat mobil-mobil ini. Pada 12 Oktober 1986 PPMKI mengajukan permohonan kepada Sekretariat Negara untuk meninjau mobil-mobil eks Bung Karno di gudang Istana Bogor. Waktu itu aa 60 mobil rombongan anggota PPMKI yang meninjau. Gudang itu di Lawang Gintung, yang terletak di samping Istana Bogor. Izin pertama untuk meninjau dan bukan membeli. Disana, rombongan melihat ada 23 unit kendaraan yang tidak terawat.

Setahun berikutnya, kebetulan PPMKI mengadakan pameran di area pameran mobil 1987 di Balai Sidang Senayan Jakarta. Pameran ini diadakan Gaikindo dan PPMKI turut berpartisipasi. Dari pameran itu muncul ide untuk mengajukan permohonan lelang mobil-mobil eks Bung Karno. Solichin GP, pendiri PPMKI yang ketika itu menjabat Sesdalopbang, mengulurkan bantuan untuk menghubungi Sekretariat Negara. Hasilnya, PPMKI mendapatkan hak lelang pada akhir tahun itu.

PPMKI kemudian menyiapkan dana dibawah 50 juta rupiah yang disebut uang lelang, yang disetorkan ke Sekretariat Negara. Dana itu sebagai persyaratan yang diminta Sekretariat Negara untuk dimasukkan secara resmi ke kas negara. Diantara 23 kendaraan yang dilelang, terdapat satu unit sedan Inggris yaitu Jaguar tahun 1962. Mobil ini sebenarnya bukan mobil dinas Bung Karno melainkan milik mantan direktur utama Bank Indonesia tahun 1964. Karena berada digudang yang sama, akhirnya dilelang sekalian.

Mobil-mobil yang dilelang pada saat itu antara lain Buick Super tahun 1949 dan 1950, Cadillac Fleetwood tahun 1949, 1950 dan 1954, Cadillac Fleetwood limo tahun 1947, 1957 dan 1960, Chrysler Imperial 1962, Chrysler Crown Imperial coupe 1963, Chrysler Imperial limo 1954, Chrysler Imperial limo convertible 1959, Chrysler Windsor 1947, Ford Continental Coupe 1959, Jaguar Mark X, Lincoln Cosmopolitan convertible 1951, Oldsmobile 88 1963 2 unit, Oldsmobile 98 tahun 1964 dan 1965, GAZ Tchaika 1961 dan ZIL 111 1961. Selain lelang batch 1 pada tahun 1987 ini, sebenarnya ada lagi lelang tahun 1992 yang sayangnya detilnya tidak jelas karena merupakan lelang tertutup.

Referensi:
  • Soekarno, Cindy Adams. 1965. Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta : Yayasan Bung Karno dan Media Pressindo.
  • Bambang Trisulo, M. Samudra, Arif Firmansyah. 2003. Arsip mobil kita : tamasya sejarah seabad perjalanan mobil di Indonesia. Jakarta : Temprint
Terimakasih kepada : Ifan Ramadhana

Disclimer : Karena sangat kurangnya sumber informasi besar kemungkinan adanya kesalahan, kami memohon dengan sangat kepada para pembaca untuk mengkoreksi melalui komentar dibawah. Terimakasih telah membaca.



Comments