Dari Jerman Untuk Indonesia : Mobil Borgward Produksi Udatin

Setelah Indonesia merdeka, pembangunan ekonomi yang hancur pasca perang kemerdekaan dan perang revolusi dilakukan. Ditengah kehancuran ekonomi yang menghilangkan kesejahteraan masyarakat negara yang baru lahir, perlu beberapa langkah jitu agar ekonomi negara bisa kembali bergerak dan bangkit. Salah satu cara untuk meningkatkan ekonomi adalah dengan industrialisasi dimana industri padat karya dibangun seperti misalnya industri perakitan mobil.

Sebelumnya, mari berkenalan dengan Hjalmar Schacht (foto diatas) yang merupakan tokoh penting dibalik kejayaan Jerman sebelum perang dunia kedua. Dia adalah penasehat keuangan sekaligus menteri keuangan Jerman yang berhasil membawa Jerman pasca perang dunia pertama yang miskin dan bangkrut menjadi Jerman yang cukup kaya untuk kembali memulai perang dunia kedua yang lebih besar. Sesaat sebelum perang dimulai, ia turun jabatan dan diakhir perang ia dimasukkan penjara sebelum akhirnya dibebaskan oleh tentara sekutu dan nantinya diadili atas dugaan keterlibatannya atas perang dunia kedua. Selesai pengadilan Nuremberg dan dinyatakan tidak bersalah, ia kemudian mengunjungi beberapa negara berkembang yang baru merdeka untuk memberikan saran pembangunan ekonomi negara dimana salah satunya adalah Indonesia.

Salah satu saran dari Hjalmar Schacht ini adalah pembangunan industri mobil yang berpotensi menyerap tenaga kerja dan lebih murah daripada industri kereta api karena pembangunan jalan raya yang lebih mudah karena bisa dikerjakan tenaga lokal dan murah dibandingkan kereta api. Setelah kepulangannya dari Indonesia pada 3 November 1951, Hjalmar Schacht tidak lupa untuk mendorong pengusaha Jerman untuk berinvestasi di Indonesia salah satunya Carl Friedrich Wilhelm Borgward yang merupakan pendiri perusahaan mobil Borgward. Dengan menggandeng Udatin yang didirikan oleh Frits Hendrik Eman, dimulailah sejarah perakitan mobil Borgward di Surabaya dibawah bendera PT Borgward-Udatin Indonesia dengan kepemilikan 50% Borgward Jerman dan 50% Udatin.

Pada tahun 1953 pemerintah Indoensia memberikan lahan seluas 14 hektar untuk mendirikan pabrik dan perumahan untuk staff teknik pabrik mobil. Dipilih Surabaya karena ketika pendudukan Jepang, pada tahun 1942 hingga 1945 terdapat markas angkatan laut Jerman di Surabaya yang memiliki bengkel dengan peralatan lengkap dan melatih tenaga kerja lokal dengan terampil. Selain itu, karena markas inilah para pekerja tadi bisa berbahasa Jerman dan memudahkan untuk melatih mereka ketika menjadi pegawai pabrik Udatin-Borgward kelak. Udatin yang berdiri pada 20 Juli 1954 menjadi operator dari pabrik mobil Borgward ini nantinya.

Produksi mobil dimulai Maret 1955 dan direncanakan pada akhir 1955 akan mampu mengirim 900 unit mobil kepada konsumen. Penjualan mobil Borgward sendiri di Indonesia ditangani oleh 4 dealer utama yang tersebar dipenjuru Indonesia. Dealer N.V Motor Indonesia Pertama di Jakarta yang menangani penjualan untuk daerah Jawa Barat dan Jakarta, Tjandi Motor Service di Semarang yang menangani penjualan untuk Jawa Tengah, N.V. Airpar di Surabaya yang menangani penjualan di Jawa Timur, Sulawesi dan Maluku serta C.V. Murniati di Medan yang menangani penjualan di Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Untuk administrasi keempat dealer tersebut, semua urusan penjualannya kemudian ditangani oleh Yayasan Motor yang berkantor di Surabaya.

Direncanakan dalam 5 tahun semenjak produksi pertama Borgward di Surabaya ini, sepenuhnya penggunaan komponen dalam negeri sudah diterapkan. Waktu 5 tahun dirasa cukup untuk mengembangakan dari pabrik perakitan mobil menjadi industri pembuatan mobil. Mesin yang tadinya dikirim dalam bentuk jadi dari Bremen, Jerman Barat kelak hanya sebagian onderdilnya saja yang dikirim ke Surabaya karena sebagian lagi onderdilnya sudah mampu diproduksi di Indonesia. Tidak hanya mesin, pada awalya malah hampir semua komponen mobil Borgward didatangkan dari pabrik Borgward di Bermen dalam bentuk kit CKD utuh. Pabrik Udatin hanya memasang komponen dari kit CKD tadi ditambah busa jok, bungkus interior dan mengecat mobilnya saja. Ini dikarenakan tingkat industrialisasi Indonesia yang baru berdiri dan membangun dari kehancuran perang belum mampu untuk memproduksi sendiri onderdil mobil.

Pada awalnya, ada sekitar 3 tipe yang dirakit Udatin-Borgward yaitu truk, station wagon Isabella dan sedan Isabella. Pembelian truk bermesin bensin saat peluncurannya tidak memerlukan antrian atau inden sementara pembeli yang menginginkan sedan Isabella harus menunggu antrian terlebih dahulu karena tidak semua dealer mendapatkan prioritas. Ditahun 1955, sebuah Borgward Isabella baru bisa dibeli dengan harga 55.000 rupiah saja. Hasil penjualan merk Borgward ini cukup sukses. Ketika Horst Henry Geerken tiba di Indonesia pada 1963, ia terkejut karena menurutnya seperempat mobil yang beredar di Jawa adalah Borgward.

Mobil Borgward produksi Udatin Indonesia

Berbicara mengenai Borgward tidak bisa lepas dari model sedan yang paling populer bernama Isabella. Isabella sendiri boleh dibilang merupakan Borgward yang paling sukses yang pernah diproduksi Borgward saat itu. Mobil yang awalnya diberi nama mirip dengan pendahulunya, Borgward Hansa dengan nama Borgward Hansa 1500 namun kemudian diganti menjadi Borgward Isabella yang merupakan nama kendaraan tes pra produksi yang terlanjur terkenal dikalangan staff engineering dan media ini pertama diluncurkan di Jerman Barat pada 1954. Ukuran Borgward Isabella bisa dibilang lebih kecil daripada pesaing beratnya, Mercedes-Benz 180 (Mercy Kentang / Ponton Mercedes) dengan harga yang jauh lebih murah meskipun lebih mahal dibandingkan apa yang ditawarkan Opel atau Ford Jerman.

Secara bentuk, dengan desain bodi ala ponton yang populer pada dasawarsa 50an Isabella ditawarkan dalam berbagai jenis. Yang paling populer adalah sedan 2 pintu yang merupakan bentuk asli dari Isabella. Kemudian ada pula varian station wagon 3 pintu seperti yang dirakit di Indonesia selain sedan tadi. Varian aneh lainnya berupa Ute, coupe 2+2 dan cabriolet 2+2 yang diberi nama Isabella TS. Mesin Isabella sendiri hanya tersedia mesin 4 silinder segaris berkapasitas 1500cc (1493cc) yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 75Hp. Meski tenaganya kecil, namun dengan mesin ini Isabella mampu mencapai kecepatan maksimum 130Km/jam dan konsumsi BBM 8,4Km per 100Km. Teknologi yang disematkan juga cukup modern dijamannya dengan sasis monokok dan suspensi per keong.

Pada tahun 1961, Borgward dinyatakan bangkrut dan tutup di Jerman. Pabrik perakitan mobil Borgward milik Udatin di Surabaya kemudian berubah menjadi pabrik perakitan mobil Holden. Meskipun pabrik Borgward di Jerman Barat tutup dan mesin-mesin produksinya diambil alih oleh senat Bermen, namun produksi Borgward di Indonesia masih tetap berjalan bahkan hingga 1963 ketika Horst Henry Geerken berkunjung ke pabrik Borgward milik Udatin. Menurut catatannya lagi, mobil Borgward ini masih diproduksi hingga tahun 1970 dengan menggunakan onderdil yang berasal dari Meksiko sementara Udatin juga masih memproduksi onderdil mobil Borgward yang diekspor kepenjuru dunia termasuk Jerman Barat hingga 1980an akhir. Menariknya, tidak hanya untuk kebutuhan pasar lokal Indonesia saja. Mobil Borgward buatan Surabaya ini juga diekpor kepenjuru dunia. Di Australia misalnya, hanya sedikit Borgward yang diproduksi dari Bermen, Jerman dan kebanyakan merupakan hasil produksi Indonesia.

Referensi

Geerken, Horst H. 2017. Hitler's Asian Adventure. Norderstedt. Books on Demand.



Comments

  1. Mantab ini PT udatin apakah ada kaitannya sama karoseri hobart ? Mohon pencerahan

    ReplyDelete

Post a Comment