Hada Sachs 50

Hada Sachs 50

Pada tahun 80an awal, setidaknya sudah ada 2 perusahaan lokal yang menjual sepeda motor di Indonesia. Memang sepeda motor yang dijual kurang lebih masih merupakan motor produksi negara lain yang kemudian dijual secara maklon dan diberi merk tersendiri ditambah beberapa komponen dalam negeri untuk mengecilkan pajaknya. Selain Bintang Terang yang menjual motor Kawasaki seperti Binter GTO, ada juga PT Hada Indonesia dimana perusahaan ini bermarkas di kompleks industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur yang menjual motor bebek 50cc dari Jerman bermerek Sachs.

Pada dasawarsa 70an, Indonesia yang baru saja mulai bangkit dari keterpurukan ekonomi tahun 50-60an mulai bisa membeli sepeda motor. Namun tentunya motor yang bisa dijangkau bukanlah motor bagus seperti sekarang. Motor yang dimaksud adalah sekelas moped atau motor pedal maupun motor bebek kecil yang murah dan hemat. Itupun hanya segelintir orang saja yang mampu membeli motor. Beberapa orang juga membeli motor seperti moped untuk dijadikan becak motor atau bentor bersaing dengan becak kayuh.

Mungkin melihat peluang ini, Hada yang kelak juga membuat motor matic pertama di Indonesia dengan Hatsuda Adly pada akhir tahun 80an juga ikut memasarkan motor bebek 50cc dengan nama Hada Sachs. Nama Sahcs sendiri bukan asal ambil karena memang motor ini aslinya adalah produk Sachs yang saat itu bermarkas di Jerman Barat.  

Motor Asal Jerman Tertua

Sejarah Sahcs berawal dari salah satu perusahaan sepeda motor tertua didunia karena didirikan pada tahun 1886 oleh Carl Marschütz bernama Nuremberg Hercules-Werke. Hercules saat itu hanya sebatas membuat sepeda dengan 8 karyawan. Pada 1989, Hercules sudah membuat kendaraan elektrik dengan kecepatan maksimum 40 km/jam. Hercules sendiri baru membuat sepeda motor bermesin bensin pertamanya pada tahun 1905.

Pada tahun 1895 ditempat yang terpisah, Ernst Sachs dan Karl Fichtel mendirikan perusahaan "Fichtel & Sachs" di Schweinfurt, Jerman yang berfokus pada produksi komponen sepeda dan mesin. Ernst Sachs merupakan pembalap dan memiliki pengetahuan teknis yang baik sementara Karl Fichtel merupakan pebisnis. Sampai tahun 1930an, Fichtel & Sachs kemudian menjadi perusahaan pembuat mesin yang besar di Jerman meski sudah ditinggal oleh kedua pendirinya.

Pada tahun 1930an pemerintah Nazi Jerman memulai program aryanisasi dimana kemudian Carl Marschütz terpaksa pindah ke Amerika Serikat sementara bisnis sepeda motor Hercules miliknya dirampas. Ketika perang dunia kedua berkecamuk, pabrik Hercules ini hancur total dan setelah perang beberapa mesin produksi dan rancang desain diambil sebagai biaya reparasi perang sehingga Hercules kembali menjadi perusahaan pembuat sepeda dengan bahan kaleng susu bekas karena kelangkaan besi.

Pada tahun 1963, Fichtel & Sachs mengakuisisi Hercules-Werke. Fichtel & Sachs pada tahun 1965 juga mengakuisisi beberapa merek sepeda motor Jerman lainnya seperti Victoria, Express, dan DKW. Dengan berbagai akuisisi ini membuat Sachs menjadi produsen mesin 2 tak terbesar di Jerman. 

Hercules Balboa dan Hada Sachs

Pada tahun 1970, Sachs melalui Hercules mulai meluncurkan moped model terbarunya dengan Hercules P1 series yang memakai sasis monokok serta pedal serta Hercules M4 series yang memakai sasis pipa besi serta mesin 50cc 1 silinder tanpa pedal kayuhan yang membuatnya seperti motor bebek biasa. Singkat cerita pada tahun 1978 Hercules M4 ini berevolusi menjadi Hercules Balboa. Nama Balboa berasal dari nama pulau Balboa di semenanjung Balboa di pantai Newport, California, Amerika Serikat. Hercules Balboa ini juga dijual sebagai Sachs Suburban.

Ada 2 tipe Hercules Balboa yaitu Balboa M-I dan Balboa M-II dimana perbedaannya ada pada penggunaan velg jari atau velg cast pada M-II. Di Indonesia, Balboa M-I ini masuk sebagai Hada Sachs yang dijual oleh PT Hada Indonesia. Modelnya mirip dengan motor bebek dengna rangka pipa tubular underbone dimana ciri khasnya adalah tangki bensinnya berada dibagian leher pipa. Dibagian atas mesin terdapat dek yang rata meski bukan diperuntukkan untuk pijakan kaki. Jok yang dipasangkan pada Hada Sachs ini juga memakai model panjang sehingga bisa dipakai untuk berboncengan.

Seperti namanya, Hada Sachs memakai mesin 2 tak 1 silinder dengan kode 505/1D yang diklaim mampu melesatkan motor ini dengan kecepatan maksimal 30 mph atau sekitar 48 km per jam. Starter mesin ini berada disebelah kiri seperti motor matic modern sekarang ini mungkin karena desainnya yang juga dirancang untuk dipakai menggunakan pedal kayuh seperti versi mopednya. Untuk menyalurkan tenaga mesinnya ke roda belakang, digunakan rantai dan melalui transmisi manual 2 percepatan. Cara oper giginya mirip seperti Vespa klasik dengan mesin 2 tak yang mana tarik tuas kopling lalu putar hand grip kebawah.

Secara fitur dan kelengkapan, Hada Sachs ini mirip dengan motor bebek Jepang murah seangkatan. Spakbor depan dan belakangnya sudah memakai model chrome, rem depan dan belakang teromol, velg jari-jari berukuran 17 inch, ban ukuran 70/80 bila menggunakan satuan metrik atau 2.25 bila menggunakan satuan imperial, spion hanya 1 buah disisi kanan, dan speedometer. Meski tanpa perlengkapan lain seperti indikator bensin semacamnya namun motor ini setidaknya sudah ada lampu sein.

Memasuki pertengahan tahun 80an, popularitas moped mulai hilang serta motor seperti Hada Sahcs ini mulai kalah saing dengan motor bebek merk Jepang seperti Honda, Suzuki dan Yamaha. Tidak diketahui sampai tahun berapa Hada Sachs ini dipasarkan di Indonesia. Meski begitu, diluar sana Hercules Balboa alias Sachs Suburban masih terus diproduksi bahkan pada tahun 1980 berkembang menjadi Sachs Prima dan masih diproduksi sampai 2006 ketika regulasi sudah tidak memungkinkan lagi untuk mesin 2 tak. 



Comments