Sejarah Daihatsu Hijet, Zebra, Gran Max, Hi-Max di Indonesia
Berbicara tentang jejak Daihatsu di Indonesia, akan susah untuk melupakan lineup mobil niaga baik dalam bentuk pick up dan minibus pabrikan ini. Boleh dibilang, Daihatsu bisa bertahan di Indonesia yang menjadi pasar mobil Daihatsu tersebesar di dunia selain di Jepang karena mobil-mobil pickup dan minibusnya cukup populer dan digemari masyarakat. Salah satu mobil yang menopang Daihatsu ini adalah Hijet yang kemudian berubah menjadi Zebra dan kini menjadi Gran Max.
Hijet pada awalnya memiliki bentuk seperti umumnya mobil yang kita kenal dengan moncong didepan. Dengan ukuran kei car yang dibatasi, moncong didepan ini membawa masalah untuk mobil ini karena kapasitas muat barang yang diperbolehkan menjadi sedikit karena ukuran baknya yang kecil. Generasi kedua yang muncul pada tahun 1964 memakai model cab over yang terinspirasi dari Volkswagen Type 2 alias VW Kombi, Ford Econoline, Chevrolet Greenbrier, dan Dodge A100 dan menjadi ciri khas dari generasi mobil ini. Kedua generasi awal dari Daihatsu Hijet ini tidak dijual di Indonesia walau tidak menutup kemungkinan ada karena sampai tahun 1973, Indonesia mengikuti pasar bebas yang berarti apapun barang produksi masal yang ada di seluruh dunia bisa dijual dan masuk ke Indonesia
Hijet S37
Di Indonesia Hijet baru muncul pada generasi ke 3 yang dikenal dengan kode S37. Mobil ini masuk sebagai bantuan penanggulangan gunung meletus sekitar tahun 1972. Populasinya cukup langka karena mobil ini masuk secara cbu.
Karena merupakan bantuan pemerintah Jepang, mobil ini punya spesifikasi yang sama persis dengan Hijet di Jepang. Dimensinya masuk ukuran kei truck yang kecil sesuai regulasi saat itu dan mesinnya masih mengandalkan mesin Daihatsu ZM 2 tak 2 silinder pendingin air.
Hijet S38 "Hijet Tuyul/Cetol"
Pada tahun 1973, Astra Daihatsu kemudian mulai menjual Daihatsu Hijet generasi keempat yang dikenal dengan sebutan Hijet Tuyul atau Cetol karena bentuk fascia depannya serta ukurannya yang kecil. Mobil dengan kode intetnal S38 ini masuk ke Indonesia secara CBU atau Completely Built Up yang didatangkan langsung dari pabriknya di Kyusu Jepang. Memasuki masa akhir produksinya pada tahun 1977, mobil ini mulai diproduksi dalam bentuk SKD atau Semi Knock Down yang berarti merupakan Daihatsu Hijet pertama yang dirakit di Indonesia walau spesifikasinya masih mengikuti standar Jepang dengan ukuran dan kapasitas mesin menyesuaikan regulasi kei car dengan mesin ZM 2 silinder 360cc 2 tak.
Mobil ini hanya dijual dalam bentuk pikap saja dan saat itu hanya dijual seharga 650 ribu rupiah saja. Bodi minibusnya dibuat oleh perusahaan karoseri lokal yang bentuknya macam-macam namun tidak ada yang memakai sliding door seperti versi jdm. Mobil ini dijual sampai sekitar 1978 dan digantikan oleh Daihatsu 55.
55 & 55 Wide "Hijet 55"
Generasi kelima dari Hijet ini mendapat edisi khusus di Indonesia. Alasannya karena permintaan di Indonesia yang membutuhkan mobil yang bisa mengangkut barang lebih dari 350kg, Daihatsu kemudian membuat Daihatsu 55 atau yang lebih dikenal dengan nama Hijet 55 dengan bodi khusus yang bentuknya berbeda jauh dengan versi Jepangnya. Mesin dan sasisnya sendiri masih sama seperti versi JDM yang mengikuti aturan kei car.
Pada tahun 1979, muncul versi pembaruan yang memakai tambahan nama Wide. "Hijet" 55 Wide ini mengikuti sasis dan mesin versi ekspor dengan nama Hijet 55 Wide. Sesuai dengan namanya, versi Wide ini lebih lebar sehingga mampu mengangkut 3 orang penumpang dibagian depannya. Astra Daihatsu sendiri masih hanya menjual versi pikapnya di Indonesia. Oleh karena itu ada banyak macam Daihatsu 55 di Indonesia tergantung karoserinya. Mobil ini cukup populer digunakan sebagai angkot yang saat itu baru muncul menggantikan opelet diberbagai daerah.
Hijet 1000 S65
Pada tahun 1983, muncul varian yang mirip dengan Daihatsu 55 Wide dengan mesin 3 silinder 1000cc. Mobil ini hanya muncul setahun saja dan akhirnya digantikan oleh Daihatsu Hijet 1000 dengan kode S65 yang bodinya kembali mirip dengan versi Jepangnya walau masih sedikit lebih lebar dan panjang. Daihatsu hanya menjual versi pikapnya saja sementara varian minibus bodinya dikerjakan oleh karoseri lokal.
Sesuai dengan namanya, mobil ini dilengkapi dengan mesin 1000cc Daihatsu seri CB 3 silinder. Mesin Daihatsu seri CB yang dipakai Hijet 1000 ini nantinya kembali dipasangkan ke Mitsubishi Jetstar (minicab L100 versi Indonesia) dan Daihatsu Hijet Zebra.
Hijet Zebra S89
Pada tahun 1987 muncul pengganti Hijet 1000 yang terlihat lebih modern dengan nama Hijet Zebra. Masih mengambil basis dari Hijet Wide di Jepang, Zebra versi Indonesia sama sekali tidak masuk kategori kei truck secara ukuran. Zebra ini merupakan salah satu mobil Daihatsu rakitan Indonesia pertama yang diekspor dengan tujuan ekspor ke Malaysia dan Vietnam.
Jika sebelumnya Daihatsu hanya menjual versi pikapnya, mulai generadi ini Daihatsu mulai memperkenalkan versi minibusnya yang bodinya dibuat oleh karoseri Astrea yang sebenarnya berada dibawah kendali Astra Daihatsu. Model Zebra Astrea ini mengikuti versi jdm (Daihatsu Atrai) dengan menyesuaikan panjang mobilnya. Secara fitur, inilah karoseri Hijet Zebra paling canggih karena sudah memakai teknologi full pressed body, sliding door walau hanya sisi kiri dan pintu belakang model hatchback.
Zebra 1.3 S90 & S91
Pada tahun 1990, Daihatsu memperkenalkan pengganti Hijet Zebra dengan nama Daihatsu Zebra. Secara bodi, tidak ada perubahan antara Hijet Zebra yang memiliki kode S89 dengan Zebra yang memiliki kode S90. Perbedaan paling mencolok ada pada mesinnya dimana mobil ini memakai mesin Daihatsu HC dengan konfigurasi 4 silinder 1300cc SOHC 16 valve karburator dan menjadi minibus/pikap pertama di Indonesia yang memakai mesin 16 valve.
Model yang ditawarkan masih sama dengan pickup standard deck dan minibus yang dibuat oleh Astrea (karoseri resmi Daihatsu) maupun karoseri lokal lainnya. Selain itu, ada pula varian D130 Jumbo yang memiliki ukuran bak belakang lebih besar dan lebar. Varian jumbo ini memiliki kode S91 dan dijual bersamaan dengan varian standar.
Zebra Espass S90 & S91
Memasuki tahun 1995, Daihatsu membuat gebrakan dengan menghadirkan Daihatsu Zebra Espass dengan tampilan baru. Moncong depannya dibuat monyong agar aerodinamis sekaligus memperpanjang ruang kaki pengemudi dan penumpang depan agar mendapat rasa berkendara ala sedan. Perlu diketahui bahwa jaman 90an dulu mobil minibus seperti Zebra tidak ada yang menawarkan kenyamanan. Hampir semua mobil minibus lebih mementingkan reliabilitas dan kapasitas muatnya saja tidak seperti MPV jaman sekarang yang juga mementingkan aspek kemanan dan kenyamanan.
Mesin yang ditawarkan Espass membengkak menjadi 1600cc pada varian Supervan dengan mesin seri HD 16 valve dan varian mesin 1300cc seri HC 16 valve juga masih tersedia. Pilihan bodinya ada minibus dengan pintu geser (sliding door) dan pintu belakang model membuka keatas (hatchback). Untuk varian pickupnya sendiri ada standar deck dan flat deck dengan lantai rata.
Neo Zebra & Zebra Master S92
Pada tahun 2002, pemerintah Indonesia merevisi beberapa aturan perpajakan kendaraan bermotor seperti mengklasifikasikan hatchback menjadi minibus dan batas kelas pajak untuk kendaraan bermesin 1600cc. Sekaligus melakukan facelift, Daihatsu kemudian menghadirkan Daihatsu Neo Zebra dengan mesin 1500cc injeksi. Varian 1300cc masih tersedia begitu juga varian pickupnya.
Pada tahun 2006, muncul edisi perpisahan pada model monyong ini dengan munculnya pickup Daihatsu Zebra Master. Mobil ini hanya muncul pada tahun 2006 dengan ciri khas warna kuning, pickup bak rata (flat deck) 3 way dan stiker body Zebra Master.
Gran Max S400
Pada tahun 2007, Daihatsu memperkenalkan penerus Neo Zebra dengan menghadirkan Daihatsu Gran Max. Berbeda dengan Daihatsu Hijet maupun Zebra, Gran Max dibuat agar memiliki moncong didepan untuk masalah keamanan, kemudahan perawatan serta estetika. Model Gran Max ini disebut juga dengan nama semi cab over yang lebih dulu dipopulerkan oleh Suzuki APV dan Every.
Mesin yang tersedia antara lain K3-DE 1300cc dan 3SZ-VE VVT-i 1500cc yang keduanya sama seperti mesin Xenia, Avanza, Rush dan Terios. Untuk pilihan bodinya tersedia minibus, pickup flat deck, dan blind van. Secara bentuk, teknologi, mesin dan fitur yang ditawarkan mobil ini sama sekali belum berubah sejak pertama diperkenalkan pada 2007 lalu sampai sekarang (2018).
Luxio S400
Mungkin karena banyak yang menginginkan kepraktisan dan daya muat lebih dari sebuah Gran Max namun terlalu gengsi untuk naik mobil yang juga dipakai sebagai blind van pengangkut barang, Daihatsu kemudian mengeluarkan Daihatsu Luxio dengan iklannya saat itu dibintangi Ari Lasso bersama keluarga. Luxio pada dasarnya merupakan Gran Max yang dimewahkan dan diberi berbagai fitur dan aksesori pelengkap serta moncong dan pintu belakang yang berbeda.
Mesin yang ditawarkan hanyalah Toyota 3SZ-VE VVT-i 1500cc yang sama seperti mesin Terios, Avanza, Rush dan Gran Max 1500cc. Pilihan transmisinya tidak hanya manual saja karena varian transmisi otomatis 4 percepatan seperti pada Gran Max ekspor juga tersedia. Meski digadang sebagai Alphard murah, namun karena bentuknya yang tidak jauh beda dengan Gran Max akhirnya membuat Daihatsu juga menjual versi niaganya dalam bentuk blind van.
Hi-Max S510
Pada tahun 2016 yang lalu, Daihatsu kembali memperkenalkan Hijet generasi kesepuluh dengan nama Daihatsu Hi Max. Himax ini dibuat untuk menemani Gran Max yang sudah wira wiri dipenjuru Indonesia. Gran Max yang bagi sebagian orang ukurannya sudah terlalu besar tidak seperti Hijet dan Zebra jaman dulu yang "pas" untuk masuk-masuk kedalam gang sempit diperkotaan Indonesia. Oleh karena itu, Daihatsu kemudian menghadirkan Himax dengan slogan "Jagoan Jalan Sempit".
Mesin yang diusung Himax adalah 1KR-DE 3 silinder injeksi sama seperti mesin Ayla, Agya, Sigra, Cayla, dan Xenia Mi 1000cc. Model Himax ini sama persis dengan Daihatsu Hijet generasi 10, Toyota Pixis dan Subaru Sambar pickup di Jepang sana. Sayangnya, tidak seperti Gran Max, Himax tidak tersedia versi minibusnya maupun blind van.
Itu tadi sepotong sejarah Daihatsu Hijet, Zebra, Espass, Gran Max, Luxio sampai Hi-Max di Indonesia. Ada yang mau menambahkan?
Bos samakah porsneling Grand Max dengan zebra
ReplyDeleteMau tanya, mana yg benar CC nya,
ReplyDeleteDi STNK nya, S88/1000 CC (HIJET ZEBRA), Tahun 1988,
Isi silinder 1300 CC