Sejarah Perjalanan Suzuki Carry di Indonesia
Mobil pickup sering dipandang sebelah mata karena mobil ini hanya dirancang sebagai mobil barang yang tidak perlu kenyamanan, kecepatan dan kecantikan ala mobil penumpang. Meski begitu, tanpa adanya mobil-mobil pickup mungkin kehidupan kita sekarang mungkin bisa terbalik 180 derajad karena jenis mobil inilah yang mengantarkan kebutuhan sehari-hari kita. Salah satu mobil pickup yang sudah sering wira-wiri menggerakkan ekonomi Indonesia adalah Suzuki Carry dan beginilah sejarahnya di Indonesia.
Pada awal mulanya, Indo Hero Suzuki sebagai ATPM Suzuki waktu itu memproduksi 2 produk Suzuki di Indonesia sebagai bahan jualannya. Sebagai tes pasar, dibuatlah sedan Suzuki Fronte dan pickup Suzuki ST10 yang disebut sebagai Suzuki Pick Up. Kedua model ini diproduksi secara singkat saja antara 1976 sampai sekitar 1978 saja. Suzuki pickup ini masih memiliki spesifikasi Jepang berupa ukurannya baik dimensi luar dan kapasitas mesinnya yang masih mengikuti peraturan kei car Jepang dengan mesin 360cc.
Mulai menancap
Nama Suzuki sebagai penghasil mobil pickup tangguh baru muncul dibenak masyarakat pada awal 80an ketika Suzuki kemudian memproduksi Pickup dengan kode sasis ST20 yang oleh kebanyakan orang dinamai Suzuki Truntung karena suara mesin 3 silinder 2 taknya yang menghasilkan bunyi demikian. Mesin 2 tak ini masih mengikuti peraturan Jepang yang mengharuskan memakai mesin 550cc begitu juga bodinya yang sebenarnya dirancang hanya sanggup membawa muatan 350Kg namun kemudian banyak disalah gunakan dengan membawa muatan yang jauh melebihi batas yang direkomendasikan.
Suzuki sendiri sebenarnya hanya menghadirkan varian pickup unutuk Truntung. Namun karena banyaknya permintaan, jadilah Truntung juga dibuat versi minibusnya. Namun karena peraturan jaman itu yang melarang pembuatan bodi minibus oleh ATPM, jadilah beberapa perusahaan karoseri lokal mulai mengerjakan modifikasi Truntung menjadi minibus. Nama-nama seperti Adiputro dan Liling Putra menjadi besar karena banyak mengerjakan bodi minibus untuk Truntung ini dengan ciri khas masing-masing.
Produksi Truntung ini berakhir pada tahun 1983 dan pada 1984 digantikan oleh pickup yang kemudian baru disebut Suzuki Carry. Suzuki Carry ini kemudian diberi julukan Carry Bagong karena bentuknya yang membulat mirip tokoh pewayangan Bagong terlebih lagi desain muka depannya yang berkesan melotot mirip Bagong. Berbeda dengan Carry generasi ketuju di Jepang, Carry dengan kode ST100 di Indonesia memiliki ukuran yang lebih besar baik secara dimensi maupun mesinnya karena Carry sudah mulai dikembangkan di Indonesia. Mesin yang digunakan pada mobil ini adalah Suzuki F10A 4 silinder OHC 1000cc yang nantinya juga terpasang pada mobil Suzuki lainnya di Indonesia seperti Katana, Jimny, Forsa sampai Karimun.
Masih sama dengan generasi Truntung (ST20), Carry di Indonesia masih hanya disediakan dalam varian pickup saja. Meski begitu, perusahaan karoseri lokal masih tetap setia membuat varian minibusnya dengan tambahan fitur masing-masing. Varian terakhir pada Carry bagong ini muncul pada tahun 1986 dimana lampu bulat didepan digantikan dengan lampu depan model trapesium. Karena hanya muncul setahun kurang (kurang lebih hanya 6 bulan saja), jadilah varian ini termasuk langka untuk kategori mobil rakyat macam Carry.
Saling Melengkapi
Pada tahun 1987, Suzuki memperkenalkan Carry 1000 dengan desain baru yang disebut Super Carry Extra. Desainnya kini mengotak dengan lampu kotak meninggalkan desain Carry bagong. Desain ini lebih mirip dengan Carry generasi kesembilan di Jepang namun dengan bentuk yang lebih mengotak lagi. Secara mesin bahkan kode sasisnya memang masih sama dengan kode ST100 dan mesin F10A 1000cc. Meski begitu, transmisinya kini diganti menjadi 5 percepatan dari yang sebelumnya hanya 4 percepatan saja.
Pada tahun 1990, muncul Carry baru dengan desain lebih modern dan mesin yang lebih besar dengan nama Suzuki Carry Futura. Desain mobil ini lebih membulat mengikuti desain Carry generasi kesembilan di Jepang namun dengan desain keseluruhan original Indonesia. Mesin yang digunakan Carry Futura ini lebih besar dengan mesin Suzuki G13 karburator 4 silinder 12 valve 1300cc. Selanjutnya sekitar 1996 muncul varian 1600cc karburator dengan mesin Suzuki G16 yang mirip dengan mesin Suzuki Vitara, Escudo, Sidekick dan Esteem GT / Baleno saat itu. Pada Maret 2005, diperkenalkan varian 1500cc injeksi dengan kode mesin G15 untuk menyesuaikan aturan perpajakan Indonesia saat itu. Kode internalnya sendiri tiap varian mesin berbeda dimana ST130 untuk 1300cc, ST160 untuk 1600cc dan ST150 untuk 1500cc.
Selain Futura, Mitsubishi juga membuat Futura versi mereka sendiri dengan nama Mitsubishi Colt T120ss. Secara rangka dan struktur utamanya, tidak ada perbedaan antara Colt T120ss dengan Carry Futura. Perbedaan mendasarnya hanya ada lampu-lampu, grill, serta mesin dimana Colt T120ss memakai mesin Mitsubishi 4G17 1300cc dan selanjutnya diganti menjadi 4G15 1500cc.
Meskipun sudah muncul Futura, namun Carry Extra masih tetap dijual berdampingan dengan Futura meski Futura sudah mengalami beberapa kali facelift. Alasannya karena Carry Extra saat itu dianggap sebagai mobil pickup ideal secara ukuran dan konsumsi BBMnya. Facelift Futura sendiri memiliki ciri khas yang berbeda pada grill depannya dimana model pertama memakai model mika sehingga nampak seperti memiliki lampu depan menyatu macam cyclops. Pada tahun 1997 muncul facelift berupa grill depan belubang dan logo Suzuki yang sudah model berlubang. Pada tahun 2010, muncul facelift dengan model grill yang terturup cover plastik berwarna silver dan logo Suzuki terbaru. Terakhir pada 2017 muncul facelift terakhir dengan grill cover plastik dengan logo Suzuki besar.
Mulai generasi Futura inilah Carry akhirnya mendapatkan bodi minibus resmi dari pabrikan setelah peraturan agar mobil minibus harus dikerjakan bodinya oleh perusahaan karoseri lokal dilonggarkan. Desainnya masih tetap sederhana sebagaimana mestinya mobil niaga dengan ciri khas lampu belakang berada dibumper. Pada karoseri resmi ini, Futura dibagi menjadi beberapa tipe yaitu SRV (Standard Real Van) yang nantinya juga disebut sebagai Real Van, DRV (Deluxe Real Van) dan GRV (Grand Real Van). Perbedaanya adalah SRV tidak ada radio, AC dan masih velg kaleng sementara DRV sudah ada AC single, tape, serta velg racing palang 3 atau kaleng dengan dop. Varian GRV sendiri sudah ada AC double blower, tape, velg racing palang 5 dan jok belakang hadap depan tidak lagi model angkot.
Meski sudah ada varian minibus resminya, namun hal itu tidak menyurutkan niat perusahaan karoseri lokal untuk berkreasi dengan Carry baik Futura maupun Carry Extra. Karoseri Adi Putro misalnya, membuat versi minibus untuk Carry Extra dan Futura dan menjualnya dengan nama Suzuki Careta (Carry 1000) dan Suzuki Adventura (Carry Futura).
Versi Lain
Suzuki Carry 1000 masih terus dijual beriringan dengan Futura sampai sekitar 2006 dan selanjutnya hanya tersedia melalui pesanan khusus. Sampai sekitra pertengahan tahun 2000, muncul pesaing Carry 1000 yang mana sebenarnya juga merupakan Carry 1000 itu sendiri dengan merk Changan. Changan yang kurang lebih merupakan hasil rancang bangun Suzuki Carry 1000 untuk pasar domestik Tiongkok ini. Secara bentuk, mobil ini sama seperti Suzuki Carry Extra dengan muka yang lebih modern ala Carry Futura.
Namun sayang, mobil yang sempat dijadikan angkot dibeberapa kota di Indonesia ini jejaknya menghilang sekitar tahun 2005. ATPM mobil (PT Global Lestari Motorindo) ini entah sekarang berada dimana. Kebanyakan mobil Changan yang masih bertahan kebanyakan sudah memakai sparepart Suzuki Carry karena part Changan sendiri sepertinya tidak ada.
Selain itu, Indomobil Suzuki selaku ATPM Suzuki di Indonesia juga sempat memasarkan Carry CBU dengan nama Suzuki Every. Every pada dasarnya adalah Carry minibus versi Jepang yang dibesarkan karena dipasar Internasional tidak ada aturan kei car. Mobil dengan spesifikasi JDM ini sebenarnya memiliki nama Suzuki Every Landy yang kemudian dibawa ke Malaysia. Disana, unit sisa yang tidak laku kemudian diekspor ulang ke Indonesia setelah mengalami beberapa penyesuaian seperti pemasangan emblem serta tuning mesin dan catalytic converter untuk menyesuaikan kualitas BBM yang lebih rendah bersamaan dengan Suzuki Jimny Caribian.
Total hanya ada sekitar 550 unit saja yang dijual di Indonesia. Every dengan kode GA413 ini juga dijadikan bahan tes pasar setelah kepopuleran Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang akhirnya membuat Suzuki ikut dalam persaingan LMPV dengan mengeluarkan Suzuki APV pada tahun 2005.
Saat kemunculan APV dengan tagline "World Class MPV" pada tahun 2005, APV digadang-gadang akan menjadi pesaing terberat Avanza dan Xenia. Dengan desain semi bonnet dimana mesinnya masih tetap berada dibawah jok depan namun memiliki kompartemen depan untuk perawatan dan radiator yang entah mengapa membuatnya terlihat seperti VW Transporter secara keseluruhan. APV ini dirancang di Indonesia dan kemudian dijual ke puluhan negara. Mesin yang tersedia pada APV ini adalah Suzuki G15 injeksi yang sama dengan yang digunakan Suzuki Carry Futura saat itu.
Untuk makin menguatkan posisi APV juga menghadang persaingan dari Daihatsu yang menghadirkan mobil sejenis dengan nama Daihatsu Gran Max, muncul Suzuki APV Arena sebagai varian faceliftnya pada tahun 2007. Pada tahun 2009, Suzuki juga menghadirkan varian mewah dari APV dengan nama Suzuki APV Luxury yang merupakan APV Arena dengan berbagai aksesori penunjang tampilan dan kenyamanan bersaing dengan Daihatsu yang menghadirkan Daihatsu Luxio. Namun sayangnya, APV ini masih belum cukup untuk menyaingi duet Avanza dan Xenia secara penjualan.
Masih sama seperti Futura dan T120ss, Mitsubishi juga membuat APV versi mereka dengan nama Mitsubishi Maven. Perbedaan antara APV dan Maven hanya ada pada grill depan dan mesinnya dimana Maven memakai mesin Colt T120ss 1500cc. Sayangnya, Maven hanya muncul sebentar saja sampai sekitar 2006 sebelum APV Arena muncul karena penjualannya yang kurang baik.
Platform APV ini masih dijual sampai sekarang dan juga dibuat varian pickupnya dengan nama Suzuki Mega Carry yang muncul pada tahun 2011. Sesuai dengan namanya, Mega Carry dibuat lebih besar dibandingkan Carry biasa karena lebarnya yang lebih. Bagian kabin Mega Carry ini sama persis dengan Suzuki APV sebelum facelift.
Pada acara Indonesia International Motor Show 2019, Indomobil Suzuki akhirnya menggantikan Carry terbaru dengan model yang berbeda jauh dengan sebelumnya. Generasi terbaru ini memiliki desain yang entah mengapa terlihat seperti Toyota HiAce generasi H200. Mesin yang diusung mengalami ubahan mengikuti peraturan emisi Euro 4 dengan mesin K15C yang mirip dengan mesin Suzuki Ertiga. Sementara ini belum ada varian minibus yang diproduksi oleh Indomobil Suzuki dan yang disayangkan, Carry sebelumnya baik Mega Carry maupun Futura akan digantikan oleh Carry Baru ini.
Nah, ini yg saya cari. Sejarah Suzuki Carry dari yg jadul sampai yang terbaru sekarang.
ReplyDelete