Seperempat Abad Timor

Timor Mobilku

Setiap kali membahas mobil buatan Indonesia, orang entah kenapa kemudian mengalihkan topik pembicaraan dengan menyangkutpautkan segala sesuatunya dengan Timor. Sudah 25 tahun lamanya atau seperempat abad yang lalu Timor memulai karirnya sebagai perusahaan mobil nasional dengan akhir yang cukup menyedihkan.

Dalam Inpres nomor 2 tahun 1996 tentang Pembangunan Industri Mobil Nasional, presiden Soeharto memerintahkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi, untuk memudahkan proses kelahiran mobnas yang memiliki unsur, mengenakan merek sendiri, serta diproduksi dan menggunakan komponen dalam negeri.

Pendirian PT Timor Putra Nasional

Atas dasar Inpres tersebut, putra presiden Soeharto yang lebih dikenal masyarakat sebagai Tommy Suharto ditunjuk untuk membangun industri mobil nasional yang diberi nama Timor. Nama Timor sendiri berasal dari singkatan Tenologi Industri MObil Rakyat. Untuk itu, didirikan perusahaan pembuatan mobil Timor dengna nama PT Timor Putra Nasional dengan 99 persen kepemilikan sahamnya oleh Tommy Suharto sendiri.

Namun tentunya membuat mobil dari 0 bukanlah pekerjaan yang mudah dan murah apalagi bisa dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, Timor model pertama adalah mobil yang sudah ada dipasar untuk diproduksi di Indonesia dan bukannya merancang dari ground up. Saat itu, ada 3 kandidat mobil yang akan dijadikan Timor diantaranya Lada dari Russia, Khodro dari Iran serta Kia dari Korea Selatan. Dipilih Kia karena sesuai dengan perjanjian kerjasama yang ditawarkan serta kualitas yang lebih baik dibandingkan yang lainnya berhubung Kia sendiri sudah dijual di Amerika Serikat yang standar pasarnya cukup tinggi.

Bukan hanya rancangan mobil saja yang tidak ada, Timor sendiri saat dasar hukumnya muncul sama sekali belum memiliki pabrik. Berbeda jauh dengan mobil merk lokal seperti Bimantara yang menjual mobil Hyundai, setidaknya Bimantara sudah memiliki pabrik sejak 1995 dan membuat Bimantara Cakra dan Neggala disana. Pada awalnya Timor digadang-gadang akan menggunakan pabrik bekas Holden di Surabaya lalu batal dan direncanakan menggunakan pabrik Suzuki di Bekasi dan akhirnya batal juga. Timor kemudian membuat sendiri pabriknya di Cikampek, namun tentunya membangun pabrik mobil tidak hanya membutuhkan waktu sehari semalam. Karenanya dengan alasan memperkenalkan merk, Timor kemudian dijual sebagai mobil CBU (impor utuh sebagai mobil) dimana pada saat itu impor mobil CBU dilarang. 

Padahal dalam Keppres nomor 42 tahun 1996, persyaratan mobil nasional adalah penggunaan komponen dalam negeri sebanyak 20% untuk tahun pertama, 40% pada tahun kedua, sampai 60% untuk tahun ketiga. Selain itu, pembuatan mobil harus dilakukan didalam negeri. Namun karena alasan untuk memperkenalkan merk tadi, akhirnya PT Timor Putra Nasional diperbolehkan untuk melalukan impor langsung kendaraan utuh dari Korea Selatan sebanyak 40.967 unit mobil dengan rincian 39.727 unit mobil utuh untuk dijual, 1.240 unit komponen moibl terurai untuk perakitan, 12 unit impor sementara, dan 2 unit untuk contoh.

Meskipun statusnya sebagai mobil CBU dan dibuat di Korea Selatan, namun Timor Putra Nasional berupaya meyakinkan pemerintah dengan mengatakan bahwa tenaga kerja yang membuat mobil Timor disana adalah WNI. Para anggota DPR pada kabinet Pembangunan saat itu juga akhirnya diterbangkan ke Korea Selatan untuk memastikan hal itu.

Peluncuran Mobil Timor

Mobil Timor akhirnya pertama kali diluncurkan pada 8 Juli 1996 di Jakarta dimana Tommy Suharto sendiri yang mengendarai mobil Timor untuk memamerkannya. Harga mobil ini sangat murah dimana untuk tipe terendah dijual seharga 36 juta rupiah saja atau seharga mobil dengan kelas dibawahnya seperti Starlet, Charade, atau Esteem dan itupun tetap lebih murah sementara mobil sekelas Timor seperti Corolla, Civic atau Optima dijual sekitar 2 kali lipatnya. Terdapat 2 model yang dijual yaitu Timor S515i dan Timor S515.

Timor S515i adalah tipe termahal dimana pada namanya sudah terdeskripsikan bahwa mobil sedan (kode S), ukuran/kelas 5, bermesin 1500cc injeksi (15i) DOHC sementara untuk S515 merupakan tipe terbawah dengan mesin 1500cc karburator SOHC. Timor S515 tidak dilengkapi dengan tilt steering, power window terutama pada spek taksi, lampu bagasi dan electric mirror yang semuanya tersedia pada Timor S515i injeksi. Selain itu, bentuk doortrim pada keduanya juga berbeda. Meskipun murah, namun Timor baik S515i dan S515 sudah dibekali beberapa piranti keselamatan seperti side impact beam serta buzzer yang berbunyi ketika sabuk pengaman tidak dipakai.

Konsep Mobil Timor S213i

Dalam peta jalan dan rencana jangaka panjangnya, Timor sebenarnya tidak cuma berniat menjadi penjual saja dengan menjual mobil Kia. Untuk memasuki pasar baru, Timor juga mulai menjejaki Kia Sportage yang akan dijual sebagai Timor J520i untuk bersaing dikelas jip atau SUV bersaing dengan Suzuki Escudo atau Daihatsu Taruna. Tidak hanya menjahit mobil Kia, dengan kepemilikan Tommy Suharto pada Automobili Lamborghini S.p.A dan Vector Aeromotive Inc juga mulai mengembangkan mobil jip atau SUV super yang digadang-gadang menjadi Timor Borneo atau Lamborghini LM003. Tidak hanya sumber daya luar negeri, putra bangsa seperti alm. Soeparto Soejatmo yang menjabat sebagai direktur teknik Timor Putra Nasional yang merancang konsep hatchback Timor S213i.

Baca Juga : Konsep Mobil Hatchback Indonesia, Timor S213i

Tidak hanya itu, mobil sedan 4 pintu Timor S515 juga dikembangkan lebih lanjut di Indonesia yang membuatnya unik dan hanya ada di Indonesia. Beberapa diantaranya sebut saja Timor station wagon dengan nama SW515i yang bodi belakangnya dikerjakan oleh karoseri New Armada Magelang, Timor Limousine SL516i baik yang 4 pintu maupun 6 pintu, Timor S515i LE yang dikembangkan oleh divisi racing Timor bernama Timor Sport Division, sampai Timor S515i Gr2 yang dirancang sebagai mobil balap.

Kejatuhan Mobil Timor

Pada awal 1992, pemerintah Indonesia memperbolehkan ATPM untuk menjual mobil yang diimpor secara utuh (CBU) dalam jumlah terbatas dan dikenai pajak hingga 200%. Lebih spesialnya lagi, Timor juga mendapatkan fasilitas bebas pajak dimana pada saat itu ATPM diijinkan untuk melakukan impor CBU meski dalam jumlah yang sangat terbatas dan dikenai pajak 200%.

Tentunya hal ini tidak adil terutama bagi ATPM-ATPM yang sudah puluhan tahun membuat dan merakit mobil di Indonesia dan mempekerjakan orang Indoensia. Karenanya kehadiran Timor ini juga diikuti dengan gugatan persidangan ke WTO, organisasi perdagangan internasional oleh prinsipal ATPM dari Jepang dan Amerika. Pada gugatan WTO ini jugalah Timor kalah sehingga fasilitas bebas pajaknya hilang sementara pabrik Timor di Karawang baru saja selesai dibangun meskipun banyak yang masih berupa tanah kosong.

Setelah fasilitas bebas pajak yang dihilangkan imbas kekalahan Timor dalam sidang di WTO pada Januari 1998, Timor kemudian diwajibkan untuk melunasi pajak bea masuk dan pajak penjualan barang mewah yang saat itu bernilai 1,3 miliyar dollar Amerika berhubung Timor dianggap melanggar janji untuk memenuhi syarat 20% kandungan dalam negeri yang tidak tercapai. Ditambah lagi utang Timor kepada Bank Bumi Daya dan Bank Dagang Negara senilai 3 triliun rupiah pada 1996 sudah hampir jatuh tempo. Hutang ini dipakai Timor sebagai modal untuk impor Kia Sephia dari Korea Selatan untuk diganti logonya menjadi Timor dan dijual di Indonesia.

Aset PT Timor Putra Nasional juga tidak cukup untuk melunasi hutang-hutangnya dimana pada saat itu, aset yang tersisa hanyalah lahan seluas 700 hektar di Cikampek dan bebagai komponen mobil yang beberapa diantaranya sudah berkarat karena terlalu lama disimpan. Beberapa pihak sempat meminta agar Timor dibebaskan hutangnya dan diberi suntikan modal oleh negara dimana hal ini ditolak karena dianggap tidak menguntungkan secara finansial. Aset tersisa Timor seperti tumpukan suku cadang 14 ribu mobil Timor akhirnya dilego dan dibeli oleh Sumber Auto Graha sekitar 1999.

Timor meskipun jatuh pada 1997 dimana penjualannya menurun drastis karena harganya yang naik mendekati pesaingnya, kecaman publik terhadap produk-produk orde baru pada masa reformasi, sampai kualitas yang dirasa kurang namun masih tetap berjualan mobil-mobil Timor yang stoknya masih tersisa hingga sekitar 2002. Memang secara volume sudah sangat sedikit dimana jika pada 1997 mampu menjual sekitar 72 ribu unit, setelahnya hanya mampu menjual sekitar 1000 unit saja pertahun. Wajar saja karena setelah itu harga Timor baru sudah tidak lagi semurah saat pertama kali diluncurkan.

Lebih parah lagi, citra Timor bertambah buruk ketika terjadi kerusuhan Mei 1998 berkecamuk. Dealer Timor dan mobil-mobil Timor banyak dijadikan sasaran amukan warga yang memprotes untuk menurunkan presiden Soeharto karena dianggap kental dengan nuansa orde baru meskipun pemilik mobil Timor tersebut bukanlah pendukung orde baru. Emblem Timor dihilangkan karena sebagian pemilik mobil ini enggan mati konyol diamuk massa hanya karena mengendarai mobil ini. Emblem dihilangkan dengan harapan agar pemilik mobil ini selamat dari amukan massa. Karena itu kalau tidak tampil polosan tanpa emblem, mobil-mobil Timor ditengah kerusuhan tersebut juga memakai emblem KIA yang memang menjual Sephia dengan logo Kia setelah tutupnya Timor.

Timor Masa Kini

Meskipun sudah lama berlalu, namun mobil Timor masih cukup banyak peminatnya. Terbukti dari komunitas-komunitas pengguna mobil Timor dipenjuru tanah air yang masih cukup aktif. Harga pasarannya juga cukup murah dimana mobil Timor bisa menjadi alternatif bagi banyak orang yang hanya mampu mengeluarkan uang seharga motor 150cc untuk mobil bagi keluarganya. Bentuknya yang masih dipandang cukup modern dan sedan membuatnya masih tetap populer bahkan ditengah trend retro seperti sekarang ini.

Timor S515i sedan

Bengkelnya pun juga masih cukup bertebaran. Meskipun komponen mobil-mobil Timor sudah habis diborong Sumber Auto Graha maupun berkarat ditinggalkan, namun dengna persamaan dan fakta bahwa mobil Timor masih sebangun dengan Mazda 323 Interplay serta Ford Laser membuat suku cadangnya masih bertebaran untuk bagian mesin dan kaki-kaki. Bengkel spesialisnya juga cukup banyak meskipun kadang menjadi 1 dengan spesialis Mazda maupun Ford.

Referensi

  • Pusat Data dan Analisa Tempo. 2019. Mimpi Mobil Nasional Timor. Tempo Publishing. 


Comments

  1. Timor waktu itu harganya menggiurkan banget sih. Gwe inget saat itu Daihatsu Charade Classy, Toyota Starlet, dan Suzuki Esteem yang masuk ke dalam kategori B-Segment dijual dengan harga kisaran Rp 47-51 juta (tergantung trim dan kelengkapan). Hyundai Accent (nantinya jadi Bimantara Cakra) yang juga masuk B-Segment dijual sekitar Rp 42 juta.

    Sementara Timor dari segi dimensi masuk C-Segment. Cuma memang di Indonesia dijual hanya dengan mesin 1500cc. Padahal aslinya di Amerika sana Kia Sephia (basisnya Timor) dijual dengan mesin 1800cc. Di Indonesia, saingan terdekat yang masuk C-segment saat Timor pertama dijual adalah Hyundai Elantra yang dijual sekitar Rp 57-60 juta. Nantinya di C-segment juga ada Suzuki Baleno yang dijual Indomobil seharga Rp 52 juta. Tapi konon Balenodi Indonesia versi spec down dibanding versi Jepang dan itupun saya masih ga ngerti gimana hitung-hitungan Indomobil bisa berani jual harga segitu.

    ReplyDelete
  2. ini mobil padahal cocok banget buat pasar indonesia

    ReplyDelete

Post a Comment