BSA A7

BSA A7 Sidecar

Setelah perang dunia kedua, Birmingham Small Arms Company (BSA) tidak menunda waktu untuk meluncurkan sepeda motornya yang sudah direncanakan sebelum perang dan dirancang disela-sela masa perang. Tidak berlangsung lama, BSA A7 kemudian menjadi salah satu sepeda motor yang cukup populer di Eropa setelah itu.

Pada tahun 1938 ketika Triumph mengeluarkan Triumph Speed Twin yang bermesin 2 silinder. BSA kemudian membutuhkan motor 2 silinder 500cc untuk bersaing dengan Triumph Speed Twin tadi. Dengan bantuan Herbert Parker, David Munro dan chief designer BSA, Val Page, ketiganya kemudian memperkenalkan motor 2 silinder BSA A7 pada September 1946.

Seperti yang dijelaskan diatas, mesin BSA A7 adalah 2 silinder berkapasitas 500cc. Konfigurasi mesinnya sendiri adalah inline 2 OHV pendingin udara dengan kerburator dari AMAL berkapasitas murni 495cc yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 26Hp. Untuk menggerakkan roda belakang, digunakan transmisi manual 4 percepatan. Seperti halnya motor pada masanya, gearbox BSA A7 terpisah dengan blok mesinnya.

Ketika diperkenalkan tahun 1946, BSA A7 tidak dilengkapi shockbreaker dibagian belakangnya seperti halnya sepeda. Memasuki tahun 1949, BSA memberikan opsional shockbreaker model plunger untuk lini model A7. Pada tahun 1954, karena shockbreaker model plunger yang dirasa tidak cocok untuk menahan beban dan mudah lemah sehingga menyebabkan pengendalian motor yang buruk akhirnya BSA memperkenalkan A7 dengan swing arm menggantikan fixed arm. Di Amerika, tipe dengan swing arm ini dikenal juga dengan istilah BSA Flash.

Memasuki 1949, mesin BSA A7 mendapat ubahan dengan mengambil rancang bangun dasar BSA A10 650cc yang lebih modern. Kapasitas mesinnya naik sedikit menjadi 497cc dengan konfigurasi masih sama dengan inline 2 OHV pendingin udara dengan karburator AMAL Monoblock. Sistem pengapiannya masih tetap menggunakan sistem magneto namun dengan alternator untuk mengisi aki dan menyalakan lampu. Transmisinya sendiri masih menggunakan manual 4 percepatan dengan gearbox terpisah macam mobil meskipun sudah didesain ulang.

Ditahun yang sama. BSA juga mengeluarkan varian sporty dari A7 yang diberi nama BSA A7S Star Twin. BSA A7S Star Twin sendiri diperkenalkan untuk bersaing dengan Triumph Tiger 100. Dengan mesin baru dimana perbedaannya dengan BSA A7 standar ada pada mesin dimana A7S Star Twin menggunakan desain head lebih baru, kompresi yang lebih tinggi, karburator twin, sampai tambahan aksen chrome pada bodi. BSA A7S Star Twin sendiri tersedia pada model sasis rigid maupun sasis dengan shockbreaker plunger.

Pada tahun 1954, BSA memperbarui A7S Star Twin menjadi BSA A7SS Shooting Star. Perbedaan paling menonjol dengan A7S adalah penggunaan swing arm seperti halnya BSA A7 standar. Tidak hanya itu, perbedaan lainnya ada pada rasio kompresi yang dinaikkan kembali sehingga menghasilkan tenaga sebesar 30Hp serta rangka berwarna hijau gelap seperti British Racing Green. Pada tahun 1962, sebagai edisi perpisahan BSA A7SS Shooting Star memiliki ciri berupa rangka berwarna hitam, tangki hijau, mud guard, serta rem teromol 8 inch didepan dan 7 inch dibelakang.

Pada awal kemunculannya, BSA A7 langsung populer tidak hanya di Inggris namun juga Eropa daratan yang membutuhkan transporasi murah dan hemat untuk kembali membangun Eropa yang luluh lantah akibat perang. Tidak heran kalau kemudian BSA A7 cukup populer untuk ditempeli dengan sespan atau kereta samping untuk menambah daya angkutnya menggantikan mobil untuk rakyat Eropa pada masa itu.

BSA A7 Sidecar

Pada tahun 1950, Meguro yang merupakan perusahaan sepeda motor asal Jepang mendapatkan lisensi untuk membuat BSA A7. Dengan suntikan modal dari Kawasaki Heavy Industries, Meguro kemudian berhasil membuat kopian dari BSA A7 sebagai Meguro K. Tahun 1963, Meguro kemudian diakuisisi Kawasaki dan jadilah Kawasaki Motor dimana Meguro K dimodifikasi sistem pelumasannya menjadi Kawasaki K2 dan dari sinilah Kawasaki W series memulai kiprahnya yang kemudian kelak menjadi lini motor retro Kawasaki seperti Estrella dan W185 untuk pasar Indonesia.



Comments