Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana
Sejak pertengahan abad 20, banyak negara-negara bekas koloni imperium Eropa yang merdeka. Sebagai negara baru, tentu banyak masalah-masalah yang harus dihadapi untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaannya. Salah satunya industrialisasi dimana otmotif menjadi salah satu sektor yang menarik karena besarnya modal dan potensi untuk menyerap tenaga kerja lokalnya. Tapi tentunya tanpa pengalaman tidak mungkin bisa langsung membuat mobil yang bagus. Oleh karena itu muncul trend Basic Utility Vehicle sebagai solusi.
Konsep BUV adalah kendaraan yang simpel dan bisa diproduksi menggunakan peralatan sederhana di negara berkembang. Desain BUV rata-rata mengambil basis mesin, transmisi dan suspensi dari sedan yang sudah teruji dan dikawinkan dengan body sederhana. Tapi tentunya, peran peemrintah sebagai regulator juga pengaruh dimana di Indonesia kemudian dibuat peraturan tentang Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana (KBNS) untuk mewadahi akan mobil-mobil BUV ini.
Pada tahun 1973, impor mobil secara CBU di Indonesia dilarang oleh pemerintah dan Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) didorong untuk memproduksi mobil yang akan dijual di Indonesia minimal dirakit. Karena ekonomi Indonesia yang masih berantakan saat itu, tidak semua orang Indonesia bisa membeli mobil yang diproduksi para ATPM tersebut. Karenanya pemerintah memberikan insentif pengurangan pajak untuk mobil-mobil yang masuk kedalam kategori KBNS sehingga KBNS yang berupa BUV tersebut bisa semakin murah lagi untuk menjangkau lebih banyak masyarakat Indonesia.
Aturan KBNS ini kemudian diformulasikan kedalam SK menteri perindustrian No 307 tahun 1977. Surat Keputusan ini menginstruksikan apa saja komponen dalam negeri yang harus ada dalam sebuah KBNS. Pada tahun pertama, KBNS setidaknya harus memakai cat, ban, dan aki produksi dalam negeri. Setahun setelahnya, komponen wajib buatan dalam negeri bertambah dengan knalpot, per, radiator, sampai body utamanya untuk kendaraan dengan sasis tangga bukan monokok.
Dengan adanya kejelasan akan aturan, akhirnya pabrikan mobil diseluruh dunia kemudian mulai berinvestasi di Indonesia membuat mobil. Beberapa pabrikan dan produk KBNS yang diproduksi di Indonesia antara lain sebagai berikut.
Toyota Kijang
Salah satu mobil yang boleh dibilang merupakan ikon Indonesia adalah Kijang. Sudah lebih dua juta unit Kijang telah diproduksi dan kini memasuki generasi ketujuh. Asal-usul Kijang bisa ditelusuri dari tren BUV atau kendaraan serbaguna murah yang menyasar negara berkembang yang baru merdeka baik di Asia, Afrika maupun Amerika Latin. BUV sendiri memiliki karakteristik body yang sederhana dan cenderung mengkotak supaya proses produksi body dapat dilakukan di negara dengan kemampuan industri terbatas. Sementara komponen chassis, kaki-kaki dan mesin umumnya diambil dari model yang sudah ada dimana dalam hal ini adalah Toyota Corolla untuk mesin dan Land Cruiser atau Hilux untuk beberapa kaki-kaki.
Toyota sudah memiliki program BUV sejak 1972 dan awalnya Filipina menjadi tempat kelahiran prototype pertama BUV dengan nama Tamaraw. Kemudian pada tahun 1974 prototype BUV ini dikembangkan lebih lanjut untuk kondisi Indonesia. Akhirnya pada tahun 1975 prototype Kijang pertama kali dipamerkan dalam Jakarta Fair 1975. Saat itu prototype konsep mobil Kijang tidak lebih dari chassis, mesin dan kaki-kaki yang dipajang. Dibutuhkan waktu hampir 2 tahun hingga 9 Juni 1977 ketika Kijang resmi diluncurkan di Hotel Hilton, Jakarta.
Ada 4 pokok pemikiran yang mendasari pembangunan Kijang yang dinyatakan oleh PT Toyota Astra Motor. Pertama menunjang pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia. Kedua menciptakan kesempatan kerja lewat kegiatan-kegiatan perakitan kendaraan ini di Indonesia, dan peningkatan penggunaan komponen dalam negeri. Ketiga menyediakan sarana angkutan yang murah dan fungsional serta terakhir menyediakan sarana angkutan yang serba guna bagi lapisan pemakai yang lebih luas.
Secara teknis Kijang menggunakan mesin 3K 1.166 cc yang juga digunakan oleh Corolla. Mesin yang mampu menghasilkan tenaga 73Hp ini sudah diakui ketangguhannya dan juga dengan mudah bisa mengangkut body Kijang seberat 855 kg. Top speed Kijang tercatat mencapai 110 km/jam. Untuk memenuhi aturan pemerintah mengenai penggunaan komponen lokal, Toyota mendirikan PT Toyota Mobilindo sebagai perusahaan joint venture pada bulan November 1976 untuk membuat kabin, bak serta body dan berbagai komponen lainnya, sementara komponen inti seperti mesin, transmisi dan chasis masih diimpor dari Jepang. Kijang generasi pertama ini sudah memiliki 19% komponen lokal.
Dengan tagline “Andalan Dunia Usaha”, Kijang saat itu dijual hanya 1,3 juta rupiah saja. Sebagai pembanding, Suzuki Carry atau Daihatsu Hijet dijual mulai 1,35 juta rupiah atau Colt T120 yang lebih mahal dengan 1,6 juta rupiah. Target penjualan Kijang sendiri saat itu hanya dipatok 200 unit per bulan. Namun karena respons masyarakat sangat baik, akhirnya Kijang generasi pertama sudah laku sampai 26 ribu unit saat digantikan generasi keduanya pada tahun 1980.
Baca lebih lanjut : Profil Toyota Kijang Buaya KF10
Datsun Sena
Sebagai pabrikan terbesar kedua di Jepang, Nissan yang saat itu menjual mobilnya dengan merk Datsun di luar Jepang juga membuat BUV seperti Toyota. Di Indonesia melalui ATPM PT Indokaya Nissan Motor juga memasukkan BUV berupa Datsun 1200AX untuk berpartisipasi dalam program KBNS. Dari Datsun 1200AX ini kemudian menjadi Datsun Sena di Indonesia.
Nama Sena sendiri memiliki dua arti, yang pertama Sena sebagai singkatan dari SErba GuNA dan yang kedua Sena merupakan nama tokoh pewayangan. Seperti KBNS lainnya, Sena hanya tersedia dalam varian pickup atau chassis tanpa bak belakang karena saat itu Pemerintah ingin membuka kesempatan bagi karoseri untuk membuat body dan membuka lapangan kerja. Kabin penumpang Sena mampu mengangkut 3 penumpang termasuk pengemudi dan bak yang memiliki daya muat 850 kg. Jika dikaroserikan menjadi mobil angkutan penumpang, maka Sena mampu mengangkut 17 hingga 20 orang.
Body
mobil dibuat sederhana serba kotak dengan model cab over. Pada bagian depan terdapat lubang ventilasi untuk menjamin masuknya
udara segar tanpa harus membuka kaca jendela, pengoperasiannya cukup
membuka handel dan menarik handel untuk menutup. Pintu mobil sudah
dilengkapi dengan kunci dan dua buah jendela geser yang bisa dikunci
dari dalam. Terdapat pijakan kaki untuk masuk yang tingginya hanya 45 cm dari permukaan tanah.
Terdapat juga gantungan tangan pada pilar A dalam yang mudah dijangkau. Perakitan bodinya sendiri dilakukan oleh PT Zastam Motor sementara pasokan komponen seperti mesin, transmisi, suspensi dilakukan oleh PT Indokaya.
Mesin yang digunakan Sena adalah tipe A12S sama dengan 120Y dengan konfigurasi OHV 4 silinder segaris dengan kapasitas 1.177 cc dan kompresi 9:1. Tenaga maksimal mesin ini adalah 69Hp yang diraih pada 6000Rpm.
Saat baru, Sena dijual dengan harga mulai dari 2 juta rupiah. Dibandingkan dengan Kijang diatas, rasanya Kijang lebih menarik daripada Sena. Tidak heran kalau kemudian penjualannya cukup buruk. Tidak lama kemudian PT Indokaya Tutup dan akhirnya ATPM Nissan Datsun di Indonesia berpindah ke PT Wahana Wirawan sebelum akhirnya gabung ke grup Indomobil. Tidak tau berapa unit tapi kemudian unit Datsun Sena ini dibagikan kepada berbagai perguruan tinggi negeri diseluruh Indonesia.
Baca lebih lanjut : Profil Datsun Sena
Morina
Dengan munculnya kebijakan KBNS, PT Garmak Motor yang memegang merk dan sub merk General Motor (GM) di Indonesia kemudian membuat BTV atau Basic Transportation Vehicle. BTV dari Garmak Motor ini kemudian diberi nama Morina yang merupakan singkatan dari Mobil Rakyat Indonesia dengan komponen dalam negeri sebanyak 40% seperti sasis, body, ban dan aki sementara 60% sisanya seperti mesin, gardan, transmisi, shock absorber, dan instrumen-instrumen merupakan barang impor buatan Vauxhall asal Inggris. PT Garuda Diesel ditunjuk menjadi distributor mobil yang diluncurkan pada tanggal 11 Juni 1976 di Pekan Raya Jakarta dengan harga 1,25 juta rupiah.
BTV ini sendiri difasilitasi oleh GM dimana dengan modal 50 ribu dollar Amerika saat itu (sekitar 5 milyar rupiah saat ini) dan lumbung pertanian atau gudang yang tidak terlalu besar sudah bisa untuk memproduksi mobil ini. Untuk bagian yang sulit diproduksi seperti mesin dan transmisi, GM akan menyediakannya dimana mesin dan transmisi yang dipakai adalah milik Bedford HA alias Vauxhall Viva pickup dengan mesin bensin OHV 4 silinder berkapasitas 1256cc. Tenaga yang dihasilkan hanya mencapai 58,5Hp saja namun sudah cukup untuk mengangkut kendaraan seberat 1320Kg dengan muatan maksimal 655Kg ini. Untuk menggerakkan roda belakang, digunakan transmisi manual 4 percepatan synchromesh.
Baca lebih lanjut : Profil Mobil Morina
Volkswagen Mitra
Diantara KBNS lainnya, Mitra bisa dibilang yang memiliki model paling tidak terliat seperti BUV. Ini dikarenakan bentuknya mirip dengan VW Kombi utamanya kombi Jerman. Yang membedakan antara Mitra dengan VW Kombi ada pada bagian depannya dimana Mitra memiliki lubang untuk grill dibagian depan dimana fungsinya untuk mendinginkan mesin.
Hal ini dilakukan karena Mitra memakai mesin yang diletakkan dibagian depan tidak seperti VW Kombi yang mesinnya berada dibelakang. Oleh karena itu Mitra juga memakai sistem gerak roda depan dimana konstruksi sasis dan mesin sampai sistem geraknya mengikuti Volkswagen EA489 Basistransporter yang merupakan BTV dari Volkswagen namun dengan body yang jauh lebih sederhana dibandingkan Mitra. Mitra ini dijual oleh PT Garuda Mataram selaku ATPM VW saat itu. Untuk sistem penggerak sampai bodi, semuanya disediakan oleh garuda mataram sementara sasisnya dibuat oleh PT Pindad.
Baca lebih lanjut : Volkswagen Mitra
Citroën FAF
Nama FAF merupakan singkatan dari kalimat bahasa Perancis Facile à Fabriquer dan Facile à Financer yang artinya mudah diproduksi dan mudah di keuangan. FAF sendiri merupakan proyek BTV dari Citroën dimana aslinya ini adalah mobil rakitan bernama Baby Brousse yang merupakan Citroën 2CV dengan body ala beach buggy yang ternyata cocok dipakai untuk negara yang sedang dalam transisi ekonomi agraris menjadi industrialis.
Dengan rancang bangun 2CV, ada banyak kesamanaan atara FAF dengan 2CV. Hampir semua komponennya sama seperti mesin 2 silinder ringkas berkapasitas 602cc ini masih memakai pendingin udara dan sebuah karburator kecil untuk suplai bahan bakarnya. Mesin 600cc ini sanggup menghasilkan tenaga sebesar 29Hp pada 5750Rpm yang dirasa sudah cukup untuk menggerakkan mobil ini. Mobil ini memakai sistem gerak roda depan dengan transmisi manual 4 percepatan. Sistem suspensinya juga sama dengan model shockbreaker ganda disamping kanan dan kiri yang diletakkan secara horisontal,
Yang membedakan antara 2CV dengan FAF tentu ada pada bodinya dimana FAF hanya ditawarkan dalam bentuk minibus. Bodinya juga serba kotak karena dirancang untuk bisa diproduksi tanpa mesin-mesin canggih. Untuk material yang digunakan, FAF menggunakan plat besi dan pintu belakang model hatchback untuk versi Indonesia.
Di Indonesia, mobil ini sempat masuk antara tahun 1979 sampai 1980 saja. Citroën FAF ini masuk melalui ATPM Citroën saat itu, PT Alun dengan harga sekitar 3,5 juta rupiah. Sayangnya penjualan Citroën FAF ini bernasib sama seperti penjualan versi internasionalnya yang kurang begitu laku. Tercatat ada 60 unit Citroën FAF yang terjual pada tahun 1979 dan 540 unit Citroën FAF yang terjual ditahun 1980.
Baca lebih lanjut : Profil Citroën FAF
Holden Lincah
Dari PT Udatin selaku ATPM Holden di Indonesia, PT Udatin juga menawarkan KBNS buatan mereka dengan Holden Lincah. Mobil ini tidak seperti mobil barang karena sepertinya tidak ada model pickup dan semuanya hanya tersedia dalam bentuk SUV. Pemasaran mobil ini juga lebih berpusat di Jawa Timur yang dekat dengan markas PT Udatin di Surabaya.
Mobil ini tersedia dalam 2 pilihan yaitu sasis panjang dan pendek sama seperti Trooper yang mirip dengan mobil ini. Varian sasis panjangnya memiliki 5 pintu dan dijual dengan nama Holden Lincah Gama sementara sasis pendek hanya tersedia dengan bodi 3 pintu dengan nama Holden Lincah Raider. Karena masuk sebagai KBNS, bodi mobil yang juga disebut Lincah Gama ini dikerjakan oleh perusahaan karoseri lokal dengan bentuk yang mirip Holden Jackaroo. Untuk desainnya yang walaupun mirip dengan Holden Jackaroo, namun tetap saja mobil ini memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan Holden Jackaroo.
Mesin yang digunakan mobil ini adalah mesin diesel dari Isuzu tepatnya Isuzu C223 yang memang melegenda di Indonesia sejak era Chevrolet LUV. Mesin berkapasitas 2238cc tanpa turbo ini memiliki tenaga maksimal 62Hp pada 4300Rpm dan torsi 130Nm pada 2000Rpm. Tenaga sebesar itu didapat dengan perbandingan kompresi 21:1 yang normal untuk ukuran mesin diesel. Tenaga yang dihasilkan mobil ini disalurkan ke roda belakang melalui transmisi 4 percepatan. Mesin dan transmisi yang digunakan oleh Holden Lincah ini sepertinya sama persis dengan yang dipakai oleh Isuzu Phanter generasi pertama.
Baca lebih lanjut : Profil Holden Lincah Gama & Raider
Isuzu Panther
Melihat kesuksesan Kijang, Astra yang juga membawahi Isuzu di Indonesia kemudian menawarkan versi "Kijang" yang dikeluhkan boros bahan bakar dengan nama Isuzu Panther. Konsep yang ditawarkan Isuzu Panther ini sama persis dengan Kijang dimana ia didesain bisa sebagai mobil barang maupun penumpang dengan mesin yang tahan dan awet. Mobil penummpang baru dari Isuzu ini diberi nama Panther konon karena dirancang sebagai kompetitor Kijang sehingga nama Panther yang memangsa Kijang dirasa cocok untuk mobil ini.
Mesin yang dipakai mobil ini sudah lama wira wiri dijalanan Indonesia. Mesin Isuzu dengan kode C223 dengan konfigurasi 4 silinder OHV 8 valve berkapasitas 2238cc indirect injection ini di Indonesia paling banyak ditemukan di Chevrolet LUV dan Trooper diesel sebelumnya. Tenaga yang dihasilkan mesin diesel yang sekarang dibilang konvensional ini mencapai 58Hp yang kemudian tenaga ini disalurkan keroda belakang dengan transmisi manual 5 percepatan.
Karena lahir diera keemasan industri karoseri, pilihan bodi untuk Panther kreasi karoseri ini cukup beragam. Desain original seperti Panther Sparta dan Miyabi yang terlihat gagah cukup diterima konsumen. Selain itu, ada juga Panther ala ala dimana bentuk bodinya dibuat menyerupai mobil lain seperti Panther model Suzuki Escudo dan Mitsubishi Pajero. Versi karoseri pabrikannya juga tersedia dimana versi Astra ini dibagi menjadi 4 varian tergantung kelengkapan fiturnya. Varian dari termurah ke yang paling mahal adalah Standard, Total Assy atau Deluxe, Royal dan Hi Grade.
Baca lebih lanjut : Profil Isuzu Panther Kotak
Memasuki generasi kedua pada tahun 1996, Panther tidak lagi difokuskan untuk menjadi mobil KBNS dan lebih fokus menjadi mobil penumpang standar dunia. Peraturan mengenai kewajiban ATPM untuk membuat bodi minibus melalui karoseri juga dihentikan sejak saat itu karena mobil-mobil karoserian banyak yang tidak memenuhi standar untuk dijual ekspor. Tidak hanya Panther, Kijang yang juga menjadi salah satu KBNS yang masih bertahan juga bertransformasi menjadi mobil penumpang bahkan meninggalkan model pikap pada generasi kelima.
Namun semangat akan mobil KBNS tidak padam begitu saja. Pada tahun 2016, pemerintah menggagas proyek Small Medium Industry (SMI) dan mobil pedesaan yang sepintas mirip dengan program KBNS jaman dulu. Program ini diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian bersama Institut Otomotif Indonesia (IOI). Harga yang dipatok untuk mobil pedesaan adalah sekitar 60 sampai 80 juta rupiah dan lebih murah dari mobil yang masuk program LCGC. Mobil pedesaan hanya bisa dipakai di jalan offroad dan jalan-jalan desa di luar jalan tol. Namun sayangnya, program mobil pedesaan ini kurang terdengar lagi sampai sekarang.
wah baru tau mml ada channel youtube nya🤣
ReplyDeletedisuruh lebih banyak ngomong biar tidak kaku akhirnya bikin channel youtube
Delete