Sejarah Opel di Indonesia
Di Indonesia, Opel sudah mulai beroperasi sejak Indonesia belum merdeka dan masih dikenal dengan nama Hindia Belanda (Dutch East Indies). Menurut buku General Motors in the Twentieth Century karya Alan K. Binder dan Deebe Ferris, pada tahun 1938 Opel sudah memproduksi Opel Olympia generasi pertama yang sebenarnya sudah dihentikan produksinya pada tahun 1937 di Jerman. Opel Olympia ini kemudian dijual dengan nama Opel 1.3 mungkin karena mesinnya yang 1300cc. Mobil ini dibuat dalam 2 varian yaitu 2 pintu soft top dengan trim CL dan 2 pintu hard top dengan trim LZ. Versi soft topnya dibuat di wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Tanjung Priok sementara versi hard topnya dibuat di pabrik General Motor pertama di Asia yang berada di wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Ancol. Versi CL soft top dengan sasis yang dipanjangkan ini kemudian diberikan body kayu dengan pintu belakang model single swing door (mirip pintu mobil ambulan hanya saja jumlahnya satu) dan jok belakang hadap-hadapan dan menjadi Oplet. Selain mobil penumpang Olympia, pabrik ini juga membuat truk yang bernama Opel Blitz.
Saat tentara Jepang datang ke Hindia Belanda, General Motor memindahkan semua peralatan dan asset pabriknya di Ancol agar tidak dirampas Jepang untuk dipakai sebagai pabrik kendaraan tempur. Pabrik di Tanjung Priok masih tetap ada di Indonesia dan bertahan sampai sekitar 1957 dimana saat itu presiden Soekarno menasionalisasi asset asing termasuk pabrik Opel ini. Sejak saat itulah di Indonesia Opel berada dibawah Garmak Motor (Garuda Makmur) karena setelah dinasionalisasi, aset Opel ini lalu diserahkan kesana. Di dasawarsa 60an, Opel dikenal sebagai pembuat mobil mewah dengan produk unggulan Opel Kapitän yang merupakan sedan mewah serta Opel Olympia untuk sedan dikelas bawahnya. Pada tahun 1968, Garmak Motor diambil alih oleh Probosutejo yang merupakan adik seibu presiden Soeharto.
Pada tahun 1970an dan 1980an, mobil-mobil merk Jepang mulai populer di jalanan Indonesia. Opel yang oleh Garmak Motor diposisikan sebagai brand mewah diatas Chevrolet yang sama-sama dipegang penjualannya oleh Garmak Motor. Produk-produk Opel pada dasawarsa ini adalah Opel sepertinya hanya menjual Opel Kadett yang merupakan sedan kecil dan Opel Rekord yang merupakan kelas besarnya dimana mobil ini masih 1 rancang bangun dengan Holden Commodore. Di Indonesia, Opel Rekord ini katanya masuk kedalam kategori KBNS (Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana) agar pajaknya murah dengan cara memproduksi Rekord blind van yang kemudian oleh dealer baru dipasangi kaca belakangnya.
Pada dekade 90an, Opel yang hanya menjual Opel Astra yang namanya diganti menjadi Opel Optima agar tidak konflik dengan Astra yang menjual Toyota, Daihatsu dan Isuzu untuk kelas kecil menggantikan Kadett serta Opel Vectra yang merupakan sedan besar. Sampai saat itu, Opel oleh kebanyakan masyarakat masih dikenal sebagai pembuat sedan asal Jerman. Pada pertengahan 1990an, entah mengapa Garmak Motor kemudian mengeluarkan Opel Blazer yang merupakan SUV dengan tampilan gagah khas mobil Amerika. Konon agar tidak memakan pasar Chevrolet Trooper, khusus untuk pasar Indonesia Opel Blazer hanya memakai mesin bensin 4 silinder 2200cc buatan Holden bukannya mesin diesel atau mesin 4300cc seperti Blazer di Amerika. Karena tampangnya yang gagah, Opel Blazer ini terbilang sangat laris untuk ukuran Opel.
Setelah krismon 1998, penjualan Opel di Indonesia terus mengalami penurunan. Blazer yang menjadi produk unggulan Opel kemudian diopel ke Chevrolet dan jadilah Chevrolet Blazer pada tahun 2002. Sejak saat itu, Opel sudah tidak lagi terdengar gaungnya sampai Maret 2017 kemarin General Motor akhirnya menjual Opel juga Vauxhall kepada Groupe PSA dan sah sejak 1 Agustus 2017 Opel menjadi kepanjangan dari Groupe PSA mengakhiri kebersamaan Opel dengan General Motor yang sudah berlangsung sejak 1929. Groupe PSA yang membawahi merk Peugeot dan Citroen sampai sekarang belum berminat mengembalikan Opel ke Indonesia.
Cocok nih... buat postingan akhir tahun... hahay.... :v
ReplyDeletebukan postingan akhir tahun harusnya bukan ini sih... harusnya tentang roda 3, cuma masih riset materi makanya belom jadi
DeleteSalah satu Opel yang saya masih belum tahu masuk Indonesia adalah seri KAD (Kapitan, Admiral, Diplomat). Menurut buku memoir expat Jerman Horst Geerken. Dirinya menggunakan Opel Admiral bermesin 2800cc selama di Jakarta tahun 60an. Dia juga menulis kalau setelah pecah Konfrontasi, Bung Karno mulai mengganti mobil-mobil Amerika dengan Jerman. Para menteri kini kebagian Batman 220S dan Admiral. Namun saya belum pernah melihat Opel Admiral utuh.
ReplyDeletemungkin karena dulu impor mobil mudah ya, jadi kalau tidak puas dengan lineup versi rakitan Indo bisa ambil yang impor saja. Saya juga cari-cari info soal Admiral nih, sedan berkelas jaman dulu
DeleteHi great reading yoour post
ReplyDelete