BMW E12 520
Pada tahun 1950an, BMW mengalami keterpurukan hingga hampir dinyatakan bangkrut. Namun kemudian BMW bangkit setelah meluncurkan BMW Neue Klasse yang kemudian menjadi identitas baru mobil-mobil produksi BMW. Melanjutkan resep suksesnya, pada tahun 1972 BMW memperkenalkan penerus dari Neue Klasse yang kemudian menjadi BMW seri 5 pertama dengan kode sasis E12.
Desain awal dari BMW E12 ini berasal dari mobil konsep BMW 2200ti Garmisch yang diperkenalkan pada Geneva Motor Show 1970. Mobil konsep ini sebenarnya dibangun diatas sasis BMW 02 yang lebih kecil sehingga bodinya dibuat sebagai sedan 2 pintu. BMW tidak sendiri dalam mengembangkan konsep ini karena mereka dibantu oleh rumah desain dan karoseri ternama asal Italia, Bertone. Sebelumnya, BMW sudah terlebih dahulu memulai pengerjaan BMW seri 5 pertama ini dengan Paul Bracq sebagai chief desainer serta Marcello Gandini yang mengerjakan desain interiornya sejak akhir 1960an.
Dari desain Garmisch kemudian disempurnakan lagi. Untuk pertamakalinya, BMW menggunakan teknologi komputer atau CAD (Computer Aided Design) untuk merancang mobil ini. Software CAD digunakan untuk menghitung crumple zone yang sudah dipopulerkan oleh Mercedes-Benz W112 alias Fintail atau yang di Indonesia lebih populer sebagai Mercy Batman tahun 1959. Selain itu, komputer juga dipakai untuk menghitung kekuatan atap ketika mobil terbalik. Dari sini kemudian tercipta desain sedan 4 pintu yang menjadi BMW E12.
Secara kasar, BMW pada saat kemunculan mobil ini masih kembali merintis dan berusaha bangkit sehingga tidak bisa menawarkan berbagai macam pilihan untuk konsumennya. BMW E12 ini hanya tersedia sebagai sedan 4 pintu saja dengan beberapa pilihan mesin. Mesin yang tersedia antara lain 4 silinder M10, 6 silinder M20, M30 dan M90 dengan berbagai ukuran menyesuaikan pasar seperti pasar Amerika yang menginginkan mobil dengan mesin besar dan bertenaga.
Pada tahun 1976, BMW melakukan facelift untuk BMW E12 dimana desain facelift ini dikerjakan oleh Claus Luthe yang kelak menjadi kepala departemen desain BMW sampai tahun 1990an. Perbedaannya antara lain lampu belakang lebih lebar, kap mesin mengembung, grill kidney khas BMW yang lebih tinggi tidak rata dengan kap mesin, sampai posisi ventilasi udara yang disempurnakan. Model ini bertahan sampai 1984 ketika penerus dari BMW E12 yaitu BMW E28 diluncurkan.
BMW Pertama Rakitan Indonesia
Sebelum adanya ATPM BMW di Indonesia bernama PT Tjahaja Sakti Motor (PT TSM) yang didirikan oleh Hasjim Ning yang lebih dikenal sebagai raja mobil Indonesia, tidak ada cukup banyak mobil BMW di Indonesia. PT TSM sendiri baru berdiri pada tahun 1970 itupun awalnya berfokus memasarkan mobil-mobil Morris. Baru kemudian pada tahun 1979 PT TSM mulai memasarkan mobil BMW dengan mengimpor kit CKD yang kemudian dirakit di pabrik Indonesian Service Company (PT ISC) jalan Lodan Raya Jakarta Utara.
Pada tahun 1975 BMW merencanakan perakitan BMW E12 model 520 dan 525 di Malaysia dan Indonesia yang diproduksi mulai pertengahan tahun 1976. Namun karena berbagai hal, hanya BMW 520 yang dirakit di Indonesia itupun tertunda hingga 1979. Salah satu alasannya adalah pabrik perakitan PT ISC yang kurang memadai sehingga tidak bisa memproduksi mobil dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang diperlukan.
BMW 520 E12 versi Indonesia ini memakai mesin keluarga BMW M10 atau lebih tepatnya BMW M17 dengan konfigurasi 4 silinder SOHC 8 valve berkapasitas 2000cc. Untuk suplai bahan bakar kedalam ruang bakarnya, digunakan sebuah karburator. Tenaga mesin ini disalurkan ke roda belakang melalui transmisi manual 4 percepatan. Mesin M10 ini juga digunakan sampai tahun 1988 walau kapasitasnya diturunkan menjadi 1800cc dan terpasang pada BMW E30 318 atau yang biasa dikenal sebagai BMW Mas Boy karena digunakan untuk properti film Catatan si Boy.
Sejak facelift tahun 1976, BMW 520 sebenarnya sudah tidak lagi memakai mesin M10 4 silinder 2000cc karena sudah diganti menjadi M20 6 silinder 2000cc. Di luar sana untuk membedakan antara 520 4 silinder dengan 6 silinder adalah versi 6 silinder diberi julukan 520/6. Namun karena produksi dan penjualan BMW 520 di Indonesia yang lambat serta aturan seperti perpajakan, hanya 520 mesin 4 silinder saja yang tersedia.
BMW 520 pada dasarnya merupakan tipe bawah dari keluarga BMW E12. Oleh karena itu, secara fitur mobil ini terasa kosongan. Suspensi depannya memakai model macpherson strut sementara bagian belakang memakai semi trailing arms dengan per keong. Bagian kemudi memakai worm steer yang kurang presisi namun cukup umum pada masanya. Untuk rem, bagian depan menggunakan cakram sementara bagian belakang teromol. Bila menginginkan fitur seperti power steering atau rem belakang cakram, pembeli E12 harus membeli BMW 525 dan atau yang lebih tinggi yang sayangnya tidak hadir di Indonesia.
BMW E12 ini secara produk sebenarnya sudah cukup bagus. Terbukti mobil ini bisa membawa BMW untuk bersaing dengan nama besar seperti Mercedes-Benz W123 atau yang biasa disebut Mercy Tiger di Indonesia yang menjadi lawan sekelasnya. Harga baru BMW Seri 5 saat itu adalah sekitar 17 juta Rupiah. Saat itu, harga mobil ini lebih mahal dibanding Volvo 264 GL tapi jauh lebih murah daripada Mercedes W123. Namun sebagai pendatang baru di Indonesia yang membuat nama BMW belum cukup dikenal membuat penjualannya sangat sedikit. Belum lagi dibantu oleh perakitan yang kurang memadai hingga akhirnya pada tahun 1984 Hasjim Ning menyerah dan memilih untuk bekerja sama dengan Astra untuk merakit mobil-mobil BMW. Hasilnya sukses, BMW yang tadinya hanya menjual kurang dari 100 unit mobil setahun dibawah Astra yang kemudian juga menangani penjualannya akhirnya bisa menjual mobil sampai 3000 unit.
Namun sayangnya sukses BMW dengan Astra ini terjadi setelah BMW E12 dihentikan perakitannya di Indonesia. Model yang dirakit Astra dimulai sejak generasi BMW E28 sebagai penerus dari BMW Seri 5 generasi E12 dan kemudian ditambah dengan BMW seri 3 generasi E30. Populasi BMW E12 ini menjadi sangat langka karena dulu ketika masih baru penjualannya juga sangat minim. Bahkan tercatat pada tahun 1984 hanya terjual 6 unit saja dalam sebulan. Popularitas mobil ini juga masih kalah jauh dengan Mercedes-Benz W123 sehingga kadang orang tidak ngeh akan mobil ini.
Spesifikasi BMW E12 520 ini adalah sebagai berikut:
| Spesifikasi BMW E12 520 | |
|---|---|
| Jenis | Sedan |
| Tipe | E12 |
| Mesin | M17 SOHC 1990cc |
| Bore X Stroke | 89.0 X 80.0 mm |
| Sistem Bahan Bakar | Karburator |
| Transmisi | Manual 4 Speed |
| Wheelbase | 2.636 mm |
| Panjang | 3.810 mm |
| Lebar | 1.630 mm |
| Tinggi | 1.340 mm |


Wah ini mah langka banget..e28 aja udah jarang apalagi ini. Tapi sekalinya ada yg sehat, gk main main harganya
ReplyDeleteyup. padahal era 90an harganya bisa semurah motor bebek low end baru padahal
DeleteJadi keinget sama kenalan yg pny bmw E12 ini,dulu dibeli dengan harga murah. Klo kata dia, harga murahnya karna kalah populer & kalah modern dibandingkan generasi diatasnya, yaitu E28/ E30.
ReplyDeleteTapi sayangnya, sampai saat ini, belum selesai mbangunnya. Kebentur sama dana yg terbatas. Utk surat-suratnya pada lengkap & pajak jalan.Pernah beberapa kali ditawar sama kolektor motuba, pada ditolak. Kata orangnya, mungkin dijual klo sdh yg bersangkutan bosan. Tapi kayaknya msh lama, toh, mbangunnya saja, sampe sekarang, ga kelar-kelar
Kalau jokes diluar sana "mobil project tidak akan pernah selesai sampai kau menjualnya".
Delete